SURABAYA — Selama 25 tahun, Retno (nama samaran) menjadi istri seorang homoseksual. Berkali-kali dia memergoki suaminya ”serong” dengan pria lain di rumahnya. Dia memutuskan bercerai setelah anak semata wayangnya tumbuh dewasa.
Retno menerima saja saat dijodohkan dengan Agus (nama samaran) saat masih berusia 23 tahun. Selain tampan, calon suaminya sudah mapan. Agus bekerja di sebuah perusahaan konstruksi yang kantor pusatnya berlokasi di Gresik. Tidak ada yang aneh dengan gelagat calon pemimpin hidupnya itu.
Setelah menikah, mereka tinggal di Wonokromo, Surabaya. Saat awal berumah tangga, Retno merasa suaminya dingin. Sangat jarang ngobrol. Ngobrol pun hanya sekadarnya. Awalnya dia mengira karena baru menikah dari perjodohan sehingga butuh adaptasi.
Namun, seiring berjalannya waktu, perhatian dari sang suami tidak kunjung didapat. Sikapnya sangat cuek. Termasuk saat di ranjang. ”Kalau bercinta juga dingin,” kata Retno. Dia sama sekali tidak merasakan hubungan yang romantis.
Puncak dari sikap dingin itu pecah setelah setahun menikah. Retno dan Agus bertengkar hebat. Saat itu, dokter menyatakan Retno hamil. Agus tidak terima dengan kehamilan istrinya. Dia menuding Retno berselingkuh dengan lelaki lain. Setelah melalui pertengkaran panjang, Agus akhirnya mengaku bahwa dirinya seorang homoseksual. Karena itulah Agus meyakini anak yang dikandung istrinya bukan anaknya.
”Dia kaget, kok bisa saya hamil. Tidak mungkin saya bisa hamil karena dia homo. Dia mengakui sendiri kalau homo,” tuturnya.
Tidak terima dengan tuduhan selingkuh, Retno menantang agar dilakukan tes DNA (deoxyribonucleic acid) untuk memastikan asal keturunan anaknya. Namun, tes itu tidak pernah dilakukan hingga Retno melahirkan anak laki-laki. Sejak itu, pertengkaran mereda.
Di sisi lain, sejak itu, Agus semakin blak-blakan dengan orientasi homoseksualnya. Beberapa teman laki-laki sering menginap di rumahnya. Saat ditanya, Agus beralasan temannya tidak punya tempat tinggal dan bingung harus di mana menginap. Retno pun tidak keberatan.
Selama temannya tinggal di rumahnya, Agus sering berada di kamar yang ditempati temannya. Retno pernah mengintip dan memergoki langsung suaminya sedang berhubungan seksual dengan teman laki-lakinya. Bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali. ”Laki-lakinya ganti-ganti,” ujarnya.
Retno merasa sangat tidak nyaman. Meski demikian, dia berusaha berdamai dengan keadaan. Dia berkali-kali menyarankan suaminya untuk berobat. Namun, selalu berujung pertengkaran.
Karena mentok, Retno mencoba caranya sendiri. Retno berusaha menggoda untuk membangkitkan gairah seksual suaminya. Hal itu dilakukan berulang-ulang. Namun, usahanya itu tidak membuahkan hasil.
Retno seperti sendiri meski telah berumah tangga. Agus tidak pernah bersikap romantis. Sekadar mengajak jalan-jalan bareng pun selama menikah tidak pernah. Demikian pula dengan urusan ranjang. Sangat jarang. ”Kalau sama anak laki-lakinya dia senang. Kalau sama saya dingin. Tidak bergairah seperti ketika dia ’main’ sama teman laki-lakinya,” ungkapnya.
Perempuan 49 tahun itu merasa sudah tidak bisa hidup bersama dengan Agus. Dia merasa sudah tidak ada yang bisa dipertahankan dari seorang suami homoseksual. Retno akhirnya menggugat cerai Agus di Pengadilan Agama Surabaya pada Juli 2020 lalu.
Retno pun sudah merasa tidak perlu lagi bergantung kepada suaminya secara finansial. ”Anaknya juga sudah dewasa dan bekerja. Kalau dulu dia masih mempertimbangkan untuk cerai karena anaknya masih kecil. Tidak baik juga untuk psikis anaknya,” ujar pengacara Retno, Ennyk Widjaja SH.
Ennyk menyertakan 24 cerita pendek tentang hubungan seksual sesama jenis yang dibaca Agus di internet sebagai bukti di persidangan. ”Si suami juga suka baca-baca cerita tentang homoseksual dan lihat-lihat gambar laki-laki sesama jenis. Bukti-bukti itu yang kami sampaikan dalam persidangan dan dikabulkan hakim,” tuturnya.