JEKTVNEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lonjakan signifikan dalam impor beras Indonesia selama periode Januari-Februari 2024. Berdasarkan data yang dirilis oleh Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, impor beras mencapai 880,82 ribu ton, dengan nilai mencapai US$564,61 juta atau sekitar Rp8,81 triliun. Hal ini menunjukkan peningkatan yang mencolok dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
BACA JUGA:Kendalikan Finansial, Picu Kreativitas dan Kestabilan Perekonomian
Menurut Amalia, impor beras terutama berasal dari Thailand, diikuti oleh Pakistan, dan Myanmar. Thailand menjadi pemasok utama dengan persentase impor mencapai 59,11%, disusul oleh Pakistan dengan 17,82%, dan Myanmar dengan 14,34%.
Selain beras, impor bawang putih juga mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam dua bulan pertama tahun 2024, impor bawang putih naik hingga 374,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencapai 8,52 ribu ton. Nilai impor bawang putih mencapai US$11,64 juta atau sekitar Rp181,91 miliar. Mayoritas impor bawang putih berasal dari China, yang menyumbang 98,86%, diikuti oleh India dan AS.
BACA JUGA:Festival Arakan Sahur di Kuala Tungkal Jambi Menjadi 110 Event Terpilih Indonesia
Tidak hanya bawang putih, impor gula juga menunjukkan tren kenaikan yang signifikan. Meskipun volume impor gula turun sebesar 12,85%, nilai impornya meningkat sebesar 6,7%, mencapai US$508,86 juta atau sekitar Rp7,95 triliun. Thailand, Brasil, dan India menjadi pemasok utama gula bagi Indonesia.
Di sisi lain, impor daging lembu mengalami penurunan yang cukup drastis. Dalam dua bulan pertama tahun 2024, impor daging lembu turun 78% secara year-on-year (yoy), baik dari segi volume maupun nilai. Brasil, Australia, dan AS adalah pemasok utama daging lembu bagi Indonesia.
BACA JUGA:Memanfaatkan Ramadhan, 5 Peluang Emas Membangun Ekonomi Kreatif di Jambi
Peningkatan impor beras, bawang putih, dan gula, serta penurunan impor daging lembu, mencerminkan dinamika perdagangan Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dan kebutuhan pasar dalam negeri. Meskipun demikian, perlu diwaspadai potensi dampaknya terhadap keseimbangan perdagangan dan kesejahteraan petani lokal.