Nilai Tukar Rupiah Melemah Ke Rp15.258, Ini Penyebab Masalahnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah Ke Rp15.258, Ini Penyebab Masalahnya

Jektvnews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah ke level Rp15.258 pada pembukaan perdagangan Senin (27/2), meskipun indeks dolar di zona merah.

Hal ini membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pemerintah untuk melakukan hilirisasi di daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pentingnya menjaga iklim investasi juga menjadi kunci pertumbuhan ekonomi.

Semua negara disebut membutuhkan investasi untuk memutar roda perekonomian yang sempat macet akibat pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina.

Kunci dari menjaga iklim investasi adalah agar para Gubernur bank sentral mempermudah perizinan yang membuat investor tidak mengalami kendala maupun hambatan. Para Gubernur perlu segera mengubah proses perizinan investasi dengan memanfaatkan teknologi informasi.

“Menggunakan digitalisasi, perizinan investasi akan makin mudah dan cepat sehingga akan menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia,” kata Presiden Jokowi, dikutip dari bisinis, Senin (27/2).

Baca Juga : Ini Harga Emas Pada Hari ini, Cek Disini!!

Dilansir data Bloomberg pukul 09.30 WIB, rupiah dibuka melemah 0,20 persen atau turun 30 poin ke Rp15.258 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah indeks dolar AS yang juga melemah namun berada di posisi tinggi, sebesar 0,10 persen ke 105,64.

Selain rupiah, seluruh mata uang kawasan Asia yang melemah terhadap dolar AS. Di antaranya adalah dolar Taiwan turun 0,69 persen, won Korea Selatan Turun 0,75 persen, baht Thailand turun 0,24 persen, dan yuan Cina turun 0,01 persen.

Selanjutnya, peso Filipina turun 0,37 persen, ringgit Malaysia turun 0,58 persen, dan rupee India turun 0,01persen.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan awal pekan depan. Namun, berpotensi ditutup melemah pada rentang Rp15.200-Rp15.260. Ibrahim mengatakan indeks dolar AS dan indeks berjangka dolar akan naik lebih dari 0,6 persen.

Sementara pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) semester II/2022 akan direvisi menjadi lebih rendah. Selain itu, penurunan klaim pengangguran mingguan menunjukkan pasar kerja tetap panas.

“Gubernur BOJ pada bulan April, mengatakan dalam sebuah kesaksian parlemen bahwa bank sentral sebagian besar akan mempertahankan kebijakan ultra-akomodatif dalam waktu dekat, mengutip ekonomi yang lemah,” kata Ibrahim.

Adapun data menunjukkan inflasi konsumen jepang mencapai level tertinggi selama lebih dari 41 tahun pada Januari 2023.

Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda mengaitkan lonjakan inflasi belakangan dengan masalah sisi penawaran. Ibrahim menyebut kenaikan inflasi telah membebani perekonomian Jepang dalam beberapa bulan terakhir.

Sumber: