DISWAY: VakNus Positif

DISWAY: VakNus Positif

"Sering. Setiap kali makan gorengan wajah saya mbrabak," katanya.

Itulah. Tiga hari lalu Ali melihat ada nasi goreng di meja makan. "Saya ini anti mubazir. Ya saya makan saja," katanya.

Sang istri kaget nasi goreng itu sudah habis. Juga menyesal. Mengapa menaruh nasi goreng di situ. Sebenarnya sang istri sendirilah yang akan makan nasi goreng itu. Ia tahu sang suami tidak akan mau. Tapi dia lihat nasi goreng itu terlalu berminyak. Dia tidak jadi makan. Dia tinggalkan di meja.

"Tapi nasi goreng kan tidak bisa menularkan virus. Dari mana kira-kira virus itu menular?"

"Mungkin di rumah ini. Atau di jalan," jawabnya.

Ali, Sabtu lalu mengantarkan dua orang pulang ke Pacitan. Itu asisten di rumahnya. Naik mobil. Ia sendiri yang mengemudikan. Sejauh enam jam. Pukul 02.00 dini hari baru tiba di Pacitan –kampung halamannya. Tidur sebentar. Bangun, salat subuh. Tidur lagi sebentar. Pukul 08.00 sudah mengemudikan mobil lagi balik ke Surabaya. Enam jam lagi.

"Saya salah. Saya terlalu pede. Kan saya merasa badan saya segar saja. Rupanya tidak cukup istirahat di Pacitan," katanya.

Orang yang ia antarkan ke Pacitan itu, setelah dites, ternyata positif. Saya masih mengusahakan agar Ali dites lebih lanjut: virus jenis apa yang menular padanya. Saya masih bertanya-tanya apakah bisa dilakukan di Surabaya.

Ali adalah salah satu pelatih senam kami. Kami punya banyak sekali pelatih. Peserta yang sudah pintar digilir naik panggung. Grup pelatih inti tinggal tampil seminggu sekali. Saya sendiri sudah pensiun dari pelatih. Jadi pelatih cadangan saja. Gerakan saya sudah tidak hot seperti dulu lagi.

Saya segera menginformasikan positifnya Ali itu ke dokter Terawan Putranto. Dulu pun, begitu. Ketika mendengar ada yang sudah VakNus masih bisa positif saya juga informasikan ke inisiator VakNus itu.

Berarti Ali Murtadlo ini kasus kedua. Ia positif meski tidak merasa apa-apa. Ia tidak merasa apa-apa tapi positif.

Untung ia makan nasi goreng. Kalau wajahnya tidak mbrabak ia tidak akan melakukan PCR.

"Memang saat ini penularan begitu tinggi," ujar dokter Terawan. Ia minta agar Ali jaga imun, istirahat, isolasi mandiri.

Data Worldometer Selasa pagi lalu memang mengagetkan. Indonesia sudah menjadi juara dunia Covid-19: 29.745 orang. Kemarin sore jadi 31.000. India sudah terkendali, tinggal 26.612 orang.

Menko Luhut Binsar Panjaitan sendiri mengungkapkan data jelas sekali: 90 persen yang melanda Jakarta belakangan ini adalah varian D. Keterangan Luhut itu tersiar luas di semua media kemarin sore.

Sumber: