Porang Kultur Jaringan

Porang Kultur Jaringan

Menurut Suwarno, petani kini sudah lebih kreatif. “Sekarang ini petani sudah bisa membuat satu umbi menjadi 100 bibit,” ujarnya. Caranya? “Umbi itu di pecah-pecah kecil-kecil,” katanya.

Petani porang juga sudah bisa “mencuri” waktu. Dulu, porang itu baru bisa ditanam setelah ada hujan. Berarti di bulan November. Akibatnya, di musim kemarau belum bisa panen. Masih terlalu kecil.

Tapi mulai tahun ini ada perkembangan baru. Di bulan Agustus petani sudah bisa menanam. Tentu tidak menanam di ladang. Penanaman itu dilakukan di polibag. Dijejer-jejer di pekarangan rumah. Agar bisa disiram air setiap hari.

Berarti ketika musim hujan tiba benih yang di polibag itu sudah berumur 3 bulan. Sudah setinggi 30 cm. Saat itulah dipindah ke kebun. Di musim kemarau pun sudah bisa panen.

Cara mencuri waktu 3 bulan itu belum saya temui ketika saya ke pegunungan di selatan Ponorogo. Atau ketika saya ke kebun porang di Nganjuk dan Grobogan dulu.

Begitu kreatif para petani porang itu. Sampai akhirnya menyerah nanti?(*)

Sumber: