Akibat wabah virus Korona jenis baru asal Wuhan, Tiongkok, menyebar lintas negara, menyebabkan harga masker kesehatan naik drastis. Terutama masker N95 harganya sampai jutaan rupiah. Padahal, menurut Kementerian Kesehatan, yang penting bukan jenis maskernya, tetapi cara penggunaan atau pemakaiannya yang tepat.
Seperti survei yang dilakukan dan dikemukakan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB. Dia lakukan pemantauan pada 118 orang yang lalu lalang di depannya. Ternyata dari pengamatan yang dilakukan, ada 23,7 persen yang menggunakan masker dengan berbagai model dan komposisi laki-laki dan perempuan hampir sama.
Yang menarik adalah dari 23,7 persen pengguna masker ini hanya 65 persen yang menggunakan masker dengan benar. Artinya masker menutupi mulut dan lubang hidung dan kawat di hidung tertutup dengan baik.
“Sedang yang salah antara lain menggunakan masker di dagu ada yang di leher atau masker terpasang longgar,” tegasnya kepada JawaPos.com, Senin (17/2).
Menurut dr. Ari, jika melihat posisi masker di dagu mungkin ingin dibuka dulu dan mungkin juga akan dipasang kembali. Justru kondisi ini bisa membuat masker jadi sumber penularan karena bagian yang terpakai sudah terlepas dan bagian yang sebagai tempat mencegah masuknya kuman di posisi yang mudah terhirup melalui hidung.
“Saya rasa hal ini harus menjadi perhatian, kalau tidak mau lagi menggunakan masker sebaiknya di lepas dan dibuang,” katanya.
Penggunaan masker tepat dilakukan jika memang sedang batuk atau pilek agar tidak menularkan kepada orang sekitarnya. Lalu sebaiknya menghindari kerumunan orang yang diamati banyak yang batuk dan bersin.
Lantas, bagaimana dengan penggunaan masker N95?
Penggunaan masker N95 yang masih salah kaprah di masyarakat. Sebab, merujuk Kemenkes, masker N95 sebaiknya digunakan untuk tenaga kesehatan di laboratorium, bukan untuk masyarakat umum. Sehingga, dampak salah kaprah memakai masker N95 justru bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan.
1. Kekurangan Oksigen
Memang masker ini lebih efektif untuk mencegah tertular langsung dari virus. Sebab daya proteksi N95 persen dari partikel yang sangat kecil. Tetapi lebih tepat digunakan di ruang tertutup di mana kita memang berada pada keadaan akan kontak dengan orang yang sudah positif terinfeksi virus atau tuberkulosis. Selain itu penggunaan untuk masker N95 sebaiknya digunakan untuk waktu yang pendek.
“Bukannya untuk proteksi, orang yang menggunakan masker N95 bisa kekurangan oksigen kalau terlalu lama, apalagi orang tersebut sedang berada di bandara dan sedang butuh aktivitas berjalan atau bahkan setengah berlari utk check-in dan boarding dengan lokasi gate agak jauh,” kata dr. Ari.
2. Pingsan Hingga Serangan Jantung
Salah mereka yang menggunakan masker N95 ini akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Kondisi hipoksia dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke atau kolaps/pingsan apalagi jika orang tersebut sudah mempunyai permasalahan dengan paru.