Karin -nama samaran- memang bukan perempuan yang tergolong salihah. Walakin, perempuan paruh baya itu ogah melakukan hal-hal berbau syirik.
Saat ini Karin sedang dalam proses cerai dari suaminya -sebut saja namanya Donwori- yang sudah dua dasawarsa hidup bersama. Keputusan Karin menggugat cerai Donwori benar-benar sudah melalui pertimbangan matang.
Menurut Karin, suaminya tak puas dengan penghasilan pas-pasan. Namun, Donwori bukannya berupaya lebih keras ataupun bertindak kreatif untuk menambah penghasilan, melainkan justru memilih hal-hal klenik.
“Dodolan tahunan yo gak tau nglirik ngonokan. Saiki dolanane aneh-aneh (Berjualan selama bertahun-tahun ya tak pernah melirik yang begituan. Sekarang mainannya aneh-aneh, red)!” tutur Karin di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya beberapa hari lalu.
Karin sendiri tak begitu paham tentang pesugihan Donwori. Sebab, ia baru tahu suaminya tak beres lantaran melihat sesajen bertebaran di sudut rumah.
Menurut Karin, bentuk sesajen itu persis dengan yang biasa diletakkan di perempatan jalan. Ada telur dan kembang tujuh rupa yang mengeluarkan semerbak wangi.
Beberapa hari sebelumnya, Donwori juga sempat membongkar plafon rumah. Karin pikir saat itu Donwori sedang membenahi atap yang rusak.
Ternyata tidak. Sebab, Donwori sedang megikat kain kafan di salah satu kayu penyangga rumah.
Mengetahui tindakan Donwori yang makin aneh, Karin tak tinggal diam. Ia sempat memarahi suaminya yang berbuat syirik.
Namun, omongan Karin hanya dianggap angin lalu. Alih-alih menggubris, Donwori balas mendamprat Karin.
“Wis kon meneng ae, gak usah kakean cangkem (Sudah disuruh diam saja, tak usah banyak bicara, red),” ujar Karin menirukan ucapan Donwori.
Karin mengaku takut dengan praktik klenik suaminya. Sebab, Karin meyakini ada konsekuensi dari pesugihan.
Karin khawatir akan ada keluarganya yang jadi korban lantaran ditumbalkan. Itulah mengapa Karin berusaha menggagalkan praktik klenik suaminya.
Untuk itu, Karin pernah menggoreng telur di sesajen. Ia mengaku telah melakukan hal itu beberapa kali.
“Pokok goreng ae, rasane yo biasa kok, sing penting awak dewe gak percoyo se (Pokoknya goreng saja, rasanya juga biasa kok, yang penting tak percaya, red),” ujarnya santai.