Dalam beberapa catatan sejarah yang lain, ketika kabar Isra Nabi Muhammad mulai tersebar semenanjung Arab, banyak umat Islam yang murtad dan mengingkarinya.
Di saat yang bersamaan, orang-orang musyrik mencoba untuk mengambil kesempatan guna melemahkan keimanan Abu Bakar dengan cara memfitnah nabi perihal perjalanannya dari Makkah ke Masjidil Aqsha yang singkat tersebut.
Mereka berkata kepada Abu Bakar, “Bagaimana pendapatmu tentang sahabatmu (Rasulullah) yang mengaku telah diperjalankan dari Makkah ke Baitul Maqdis?” Mendengar pertanyaan tersebut, ia tidak lantas langsung menjawabnya, namun masih bertanya balik, “Apakah Rasulullah sendiri yang mengatakan demikian?” “Iya,” jawab mereka dengan singkat.
Kemudian dengan tegas Abu Bakar mengatakan, “Jika benar Rasulullah mengatakan demikian, sungguh semua itu adalah kebenaran dan saya percaya dengannya.” Dengan penuh jengkel, orang-orang Quraisy mencoba mengejar jawaban tersebut guna melemahkan kepercayaannya.
Mereka berkata, “Masak iya, kamu percaya pada kabar bahwa Muhammad telah pergi ke Syam di malam hari, dan datang kembali ke sini (Makkah) sebelum waktu Subuh?”
Sayyidina Abu Bakar yang sudah yakin akan kebenaran Rasulullah kembali menegaskan bahwa ia sangat percaya pada semua itu, bahkan ia juga percaya pada kabar-kabar yang lebih mengherankan dari semua itu, yaitu Mi’raj,
نَعَمْ، اِنِّي لَأُصَدِّقُهُ فَيْمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ أُصَدِّقُهُ فِي خَبَرِ السَّمَاءِ فِي غَدْوَةٍ وَرَوْحَةٍArtinya, “Iya aku membenarkannya, bahkan kabar yang lebih dari pada itu (Mi’raj), aku akan membenarkannya perihal wahyu yang ia terima dari langit di pagi atau pun sore hari.” (Abul Hasan an-Naisaburi, Al-Wasith fi Tafsiril Qur’anil Majid, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz III, halaman 96).
Demikian reaksi Sayyidina Abu Bakar ketika mendengar kabar perihal Isra dan Mi’raj. Ia langsung iman dan percaya pada semuanya, bahkan tidak mendengar langsung dari nabi juga tidak menjadi alasan untuk tidak iman padanya.
Kualitas keimanannya sangat tinggi. Ketika para sahabat yang lain banyak yang ingkar, justru ia adalah orang pertama yang membenarkan nabi.
Dari sinilah kemudian ia mendapatkan gelar "as-Siddiq" (orang yang paling benar), karena tingkat kepercayaan dan pembenarannya kepada Rasulullah tidak memerlukan bukti apa-apa. Dengan mengetahui kisah ini, semoga kita semua bisa meneladani keimanan sahabat Rasulullah yakni Abu Bakar.