JEKTV.CO.ID - Kalau hidup adalah permainan, aku dan pacarku bisa dibilang sudah kalah telak. Aku kehilangan ratusan juta hasil tabunganku. Aset rumah dan vila habis dalam sekajap. Lebih dari itu, pacarku ikut jadi korban. Ya, aku tak kuat membayar utang dan pacarku terkena imbas.
Aku harus rela melihat pacarku digoyang sampai pagi gara-gara tak kuat bayar utang. “Ini enggak boleh dikocok ulang dadunya? Masa aku harus utang lagi?” kataku.
Teman-temanku pun seketika menampik permintaanku. “Kamu bisa main monopoli enggak? Mana ada kocok dadu ulang?” katanya.
Aku dan pacarku mengiyakan. Aku dan pacarku ini satu tim. Ya, maklum pacarku ini enggak mau ditinggal lama-lama.
Jadi, walau aku lagi main sama teman-teman, dia tetap maksa ikut. Aku dan pacarku pun bermain dengan sisa uang yang ada.
Jika satu kali lagi terjebak di rumah orang. Aku sudah enggak punya uang buat bayar denda. Artinya, aku dan pacarku kalah dari permainan ini dan akan mendapat hukuman.
“Giliranku yang kocok. Bismillah semoga dapat 3. Ah, kok yang keluar malah 5,” kataku, kesal.
Angka lima membuatku masuk ke rumah Andri. Aku pun harus membayar denda yang fantastis. Sesuai dengan perkiraan awal, satu kali saja tergelincir, maka aku akan kalah.
“Oke, aku dan pacarku kalah teman-teman,” kataku, disambut tawa dari temanku.
Kami pun diminta mengambil kertas undian hukuman. Saat dibuka, isinya ialah berjoget ketika mendengar lagi sampai pagi. “Waduh, kami bakal goyang sampai pagi, nih? Yang benar aja,” kataku.
Teman-temanku kompak menjawab, “Enggak goyang terus, kok. Tergantung kalau ada yang mutar musik baru goyang,” katanya.(genpi)
Sumber: www.fajar.co.id