JAKARTA – Menjelang Idul Adha tahun ini diperkirakan harga sapi hidup naik Rp4.000-Rp5.000 per kilogram. Kenaikan ini dipicu menurunnya pasokan impor sapi dari Australia dan peternakan rakyat.
Ketua Umum Komunitas Sapi Indonesia Budi Yono mengatakan, bahwa kenaikan ini sebenarnya sudah terjadi sejak Idul Fitri lalu. Adapun persoalan utamanya disebabkan menurunnya pasokan impor sapi dari Australia serta peternakan rakyat.
“Diperkirakan harag sapi naik Rp4.000-Rp5.000 per kilogram timbang hidup, di Jakarta per tahun kemarin kenaikannya rata-rata Rp5 ribu per kilogram timbang hidup. Itu lebih tinggi karena biasanya Rp2.000-Rp3.000 ribu,” kata Budi, Kamis (10/6/2021).
“Bahkan diperkirakan di sejumlah daerah kenaikan harga bisa mencapai Rp5.000-Rp7.000 ribu per kilogram,” sambungnya.
Dengan kondisi tersebut, Budi mengaku khawatir membuat pemotongan sapi betina atau sapi produktif juga makin tinggi menjelang Idul Adha tahun ini. Sebab, ini dapat menyebabkan depopulasi sapi di Indonesia.
“Pemotongan ke luar Jakarta sangat luar biasa. Jadi apapun kondisi sapi (produktif atau tidak) dipotong untuk memenuhi Idul Adha,” ujarnya.
Pengamat Pertanian, Khudori menilai, pemerintah harus segera mencari alternatif impor selain dari Australia dalam upaya menutupi kekurangan pasokan sapi menjelang Idul Adha tahun ini.
“Dalam jangka pendek saya kira memang harus ada upaya mengisi kekurangan sapi dari Australia segera, apa pun konsekuensinya. Termasuk harganya barangkali akan sangat mahal,” kata Khudori.
Selain kebijakan jangka pendek, kata Khudori, pemerintah perlu membuat skema jangka menengah panjang. Artinya, pemerintah harus mentransformasi struktur usaha di Indonesia yang masih bergantung pada peternak kecil menjadi peternak berorientasi bisnis.
“Selain mencari alternatif impor lain selain Australia, dalam jangka pendek pemerintah juga diharapkan tak membuat kebijakan yang melawan mekanisme pasar dan membuat pelaku usaha merugi,” pungkasnya. (der/fin)