JAKARTA – Begitu pemerintah mengumumkan larangan mudik mulai 6 Mei, para pemudik langsung siap-siap pulang kampung lebih awal. Di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, kemarin (2/5), misalnya. Puluhan penumpang memadati area tunggu. Antrean panjang bahkan terlihat di area pemeriksaan kesehatan.
Rata-rata penumpang bertiket Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Meski begitu, Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa menyatakan, belum ada kenaikan penumpang yang signifikan hingga kemarin. Jumlah KA yang dioperasikan pun sama seperti minggu-minggu sebelumnya. ”Hari ini 20 KA di Senen, 17 dari Gambir. Kemarin juga sama.”
Soal operasional pada tanggal pelarangan mudik, Eva bakal menaati aturan pemerintah. Meski nanti tetap ada sejumlah KA yang beroperasi. Kalaupun ada yang diberangkatkan, dia memastikan KA itu tidak akan digunakan untuk mudik, tetapi hanya untuk kebutuhan khusus. Kelengkapan berkas akan betul-betul dicek oleh petugas. ”Nanti dilihat pola operasinya seperti apa. Ini masih dibahas bersama.”
Di sisi lain, Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, terlihat cukup ramai ketimbang hari sebelumnya. Jumlah penumpang meningkat pada 29 April 2021, yaitu 1.382 orang, jika dibandingkan dengan hari sebelumnya yang hanya 943 orang. Terminal Pulogebang pun sudah menyiapkan layanan GeNose untuk penumpang. Namun, layanan itu hanya bersifat acak atau sampling.
Pemantauan di Daerah
Di Tuban, pemantauan difokuskan di jalan alternatif dan jalur tikus di perbatasan Jatim-Jateng. Kabagops Polres Tuban Kompol Budi Santoso menyatakan, pasukannya mulai diturunkan Minggu (25/4) untuk melakukan penyekatan di Kecamatan Jatirogo dan Bancar. Dua kecamatan itu menjadi fokus karena berbatasan dengan Jateng.
”Petugas berjaga sejak 22 April. Tapi, akan diawasi ekstraketat mulai 6 Mei atau saat puncak arus mudik,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Sebelum 6 Mei, penyekatan hanya menghentikan kendaraan umum dan pribadi. Seluruh penumpang akan diperiksa suhu tubuhnya dan didata. Penumpang dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius diminta putar balik.
Budi menegaskan, penyekatan total berlaku mulai 6 Mei. Mantan Kapolsek Babat, Lamongan, tersebut melanjutkan, setiap jaga diturunkan satu tim yang beranggota 30 personel polres, 10 personel Kodim 0811 Tuban, 4 personel dinas perhubungan (dishub), dan 3 personel dinas kesehatan (dinkes). Tiap tim ditugaskan bergantian 8 jam sehari atau tiga tim yang berjaga bergantian tiap hari. ”Dilarang mudik dengan alasan apa pun karena masih pandemi,” tegasnya.
Mantan Kasatreskrim Polres Mojokerto itu mengatakan, penyekatan tidak sebatas meminta putar balik. Petugas dinkes juga melakukan rapid test untuk para pemudik secara acak. Yang kedapatan reaktif langsung ”dikandangkan” untuk isolasi mandiri di Stadion Bumi Wali Tuban selama 14 hari. ”Tidak ada toleransi. Pemudik yang reaktif langsung kami isolasi di stadion selama 14 hari dan boleh pulang setelah isolasi selesai,” terang mantan Kasatreskrim Polres Ngawi tersebut.
Sementara itu, jalur bagi para pemudik ke Jateng ditutup rapat. Bukan hanya jalan protokol, tapi juga jalur tikus. Pemprov Jateng bakal mendirikan pos penyekatan di jalan-jalan kecil di wilayah Jateng untuk menjaring warga yang nekat pulang kampung.
”Ini bentuk antisipasi atas perkembangan pergerakan arus kendaraan di perbatasan,” kata Plt Kepala Dishub Jateng Henggar Budi Anggoro kepada Jawa Pos Radar Semarang kemarin. Dia menyebutkan, pos penyekatan di sejumlah jalur utama Jateng membuat warga yang nekat mudik memanfaatkan jalur tikus. Karena itu, pihaknya berkolaborasi dengan kepolisian dan TNI untuk menjaga jalur-jalur itu.
Pemudik Mulai Ramaikan Pantura
Sejak Sabtu dan Minggu (1-2/5), rombongan pemudik yang menumpangi kendaraan roda dua dan empat meramaikan jalur pantai utara (pantura) Kota Tegal. Ada juga kendaraan roda empat yang lewat jalan tol. Mereka senang karena tidak ada penyekatan seperti yang digembar-gemborkan polisi selama ini.