Jimly Ashiddiqie: Siapkah Kita Berkata Setop Kebencian Terhadap Etnis Tionghoa dan Arab?

Rabu 24-03-2021,16:01 WIB

JAKARTA— Kasus rasisme terhadap etnis Asia di Amerika Serikat kembali menguat. Itu lantaran pada Selasa (16/3/2021) lalu telah terjadi penembakan atas delapan orang, enam orang yang tertembak adalah keturunan Asia.

Penembakan brutal oleh Robert Aaron Long yang menewaskan delapan orang itu langsung mendapat perhatian dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Saat pertemuan dengan para tokoh masyarakat Asia di negara bagian Georgia, Joe Biden menyatakan secara terang-terangan kepada warganya untuk menentang kebencian berdasar ras.

“Kita harus dengan lantang menentang kebencian rasial. Sikap berdiam diri justru mendukung tindakan rasis,” kata Biden, Jumat lalu (19/3/2021).

“Rasisme telah menjadi racun bagi bangsa kita, dan itu harus dibasmi oleh warga Amerika Serikat,” lanjutnya.

Menurutnya, salah satu penyebab munculnya rasisme terhadap warga Asia di negaranya lantaran adanya anggapan penyebab munculnya Covid-19 adalah karena kesalahan orang Asia (red- China).

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres pun menyatakan hal yang sama. Meningkatnya kasus rasisme secara global yang menyasar khususnya kepada warga Asia disebabkan isu penyebaran Covid-19 oleh etnis tertentu.

“Dunia telah menyaksikan serangan mematikan, serangan verbal, kekerasan fisik, perundungan, diskriminasi di tempat kerja, menghasut di media dan platform sosial media serta bahasa kasar oleh mereka yang memegang kekuasaan (red- Trump pernah menyatakan virus Covid-19 sebagai virus China),” ungkap juru bicara PBB Farhan Haq, Selasa (23/3/2021).

Menanggapi hal ini, Jimly Asshiddiqie menyatakan, terus meningkatnya sikap permusuhan dan kebencian rasial di AS, dan juga Canada, Australia & New Zealand serta di negara2 Eropa, seperti Perancis, Austria, Norway, Swedia, dll., siapkah kita jg untuk berkata “Setop Kebencian kpd etnis Tionghoa dan Arab”? tulisnya dalam akun twitter @JimlyAs, Selasa (23/3/2021).

Sejarawan dan filsuf asal Israel yang namanya melambung naik berkat karya spektakulernya berjudul Homo Deus, Yuval Noah Harari jauh-jauh hari telah menyatakan, sebagaimana yang dikutip dari dw.com,

“Ancaman terbesar virus ini adalah nurani kita, kebencian kita, keserakahan kita, dan ketidaktahuan kita. Kita bereaksi terhadap krisis ini bukan dengan solidaritas global melainkan kebencian, menyalahkan negara lain, menyalahkan etnis dan agama minoritas,” kata Harari dalam wawancaranya, Selasa (23/4/2020).

Sumber: www.fajar.co.id

Tags :
Kategori :

Terkait