Untungnya SARS belum menjalar secara luas. Di Amerika hanya ditemukan 8 orang yang terkena SARS.
Ketika MERS meledak di Timur Tengah juga cepat diatasi.
Maka urgensi memproduksi vaksin virus corona tidak ada lagi. Kalau perusahaan obat memaksakan diri untuk memproduksinya, siapa yang membeli. Mereka dibayangi kerugian besar. Lebih baik tidak jadi diproduksi.
Tapi para ilmuwan sudah menemukan RNA messenger. Mereka juga sudah tahu virus corona hanya bergerak di protein DNA. Bahkan mereka sudah menemukan bagaimana membuat ''virus tiruan'' yang bisa ''dipakukan'' di protein DNA.
Dengan demikian RNA messenger bisa ''mengajar'' cell untuk melahirkan imun sebagai senjata untuk melumpuhkan ''virus tiruan'' itu.
Sudah begitu jauh ilmuwan memetakan virus korona. Maka ketika muncul virus korona baru (Covid-19) mereka sudah punya dasar melangkah. Memang virus korona kali ini jenis baru, tapi jenisnya tetap korona. Yang hanya hidup di protein DNA.
Hebatnya, RNA messenger tadi tidak sampai menyentuh DNA. Itulah yang membuat para ahli menegaskan bahwa vaksin Pfizer tidak bisa disebut modifikasi DNA.
Zaman lama hanya mengenal vaksin itu dibuat dari virus yang dilemahkan. Seperti yang diproduksi Sinovac. Covid-19 membuat penemuan baru itu menjadi kenyataan.
Kini tinggal seberapa besar pabrik mampu memproduksinya. Pasti laku. Bahkan rebutan.
Tanpa SARS dan MERS, tidak mungkin vaksin Covid-19 bisa ditemukan dengan begitu cepatnya.(Dahlan Iskan)