JAKARTA – Melihat kondisi dinamika global di mana ada belasan negara yang sudah masuk resesi ekonomi, ekonom memproyeksikan perekonomian Indonesia minus hingga 2 persen.
“Kami memperkirakan pertumbuhan full-year ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran minus 1 persen hingga minus 2 persen,” ujar Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro dalam video daring, kemarin (24/9).
Mengenai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap II di DKI Jakarta, bakal menahan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV.
“Perkembangan ekonomi sektoral kuartal III dan IV dibayangi risiko dampak penerapan PSBB di wilayah DKI Jakarta sejak tanggal 14 September dan resiko akibat peningkatan kasus covid-19,” katanya.
Secara sektoral, lanjut dia, sektor jasa seperti perdagangan, transportasi, hotel, restoran dan jasa perusahaan akan mengalami pemulihan relatif lambat dari proyeksi awal karena peningkatan kasus positif covid-19.
Selain itu, pemulihan sektor industri pengolahan akan mengikuti pola umum peningkatan ekonomi nasional. Pasalnya, industri ini bergantung pada perbaikan daya beli dan confidence masyarakat yang mulai membelanjakan uangnya.
Sebaliknya, menurut dia, untuk sektor komoditas kelapa sawit bisa mendorong perekonomian Indonesia ke depan terutama di sentra-sentra perkebunan di Sumatera dan Kalimantan.
Sementara kinerja beberapa industri akan mengalami perbaikan dibandingkan kuartal II karena kondisi di kuartal II yang merupakan titik terendah akibat penerapan PSBB ketat. Pada kuartal III 2020, khususnya Juli dan Agustus, berbagai indikator telah menunjukkan perbaikan kegiatan ekonomi dibandingkan April dan Mei 2020.
Sebagai contoh, penjualan kendaraan bermotor pada Agustus 2020 sudah mencapai 37.291 unit setelah mencapai titik terendah yaitu 3.551 unit pada Mei 2020. Meskipun demikian, angka penjualan Agustus 2020 masih jauh di bawah angka rata-rata penjualan tahunan 2019 yang mencapai 85.577 unit.
Untuk tingkat hunian kamar hotel juga mulai membaik pada Juli 2020 menjadi 28,7 persen walaupun masih di bawah sebelum periode covid-19 yaitu 56,7 persen pada Juli 2019. Sementara itu, harga-harga komoditas penting bagi perekonomian Indonesia selama pandemi covid-19 masih tertekan.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tetap tumbuh negatif hingga kuartal IV-2020. Proyeksi terburuk ekonomi nasional bisa mencapai minus 1 persen.
“Di kuartal kedua kita ketahui kita terkontraksi minus 5,32 persen, dan juga dibandingkan dengan berbagai negara relatif kontraksi kita tidak terlalu dalam,” ujarnya.
Kondisi ini, kata dia, pemerintah telah memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional bisa tetap tumbuh minus hingga kuartal IV/2020, yakni pada kisaran minus 1,1 persen sampai 0,2 persen.
“Pemerintah melihat tren di kuartal kedua ketiga tentunya akan menentukan kuartal keempat, dan range dari pada pertumbuhan yang diperkirakan di kuartal 3 mulai dari -3 sampai -1,” katanya.
Tahun 2021, Airlangga meyakini pertumbuhan ekonomi mulai tumbuh.