LISBON – Beban Josep Guardiola membawa Manchester City menuju “Hall of Fame” Eropa sudah menunjukkan tajinya. Pada Jumat (7/8) lalu, Sergio Aguero dkk sukses meruntuhkan superioritas Real Madrid di Liga Champions. Punggawa Zinedine Zidane yang baru berpesta gelar La Liga kalah tipis 2-1. Anak asuh Pep Guardiola menegaskan kemenangan dengan skor yang sama di leg pertama sehingga lolos dengan agregat 4-2.
Hasil ini menunjukkan bahwa gairah Pep Guardiola merebut trofi Liga Champions mulai on fire. Dendam untuk membayar kekalahannya di Premier League telah ia tunjukkan. Sejak paruh musim lalu, Manchester City mustahil mempertahankan gelar. Hanya saja, itu bukan target utama Guardiola.
Ia merasa kemenangan beruntun di zona Eropa akan lebih membantu kondisi Manchester City saat ini. Apalagi The Citizens membutuhkan dana segar untuk merombak skuadnya. Beruntung performa terbaik mereka seperti belum terpatahkan.
Dilansir dari Whoscored, dari 5 pertandingan terbaru berhasil merebut 4 kemenangan dan sekali kalah. Kegagalan mereka di liga domestik ternyata tak mempengaruhi kerja para ofisial, manajemen, dan para pemain. Pemusatan latihan fisik dalam jadwal padat, ditambah kedalaman skuad membuat Manchester City mampu keluar dari semua tekanan. Termasuk meladeni permainan Lyon dini hari nanti (siaran langsung SCTV/Champions TV 1 pukul 02.00 WIB).
City maupun Lyon sama-sama layak melangkah ke semifinal. Namun, City mungkin jauh lebih berniat daripada wakil Perancis tersebut. Pasalnya, City selalu dicap sebagai spesialis Perempat final. Pada musim 2017/2018, Mereka disingkirkan Liverpool dengan agregat 1-5 (0-3 tandang, 1-2 kandang). Di perempat final 2018/19, City disingkirkan Tottenham lewat gol tandang dalam agregat 4-4 (0-1 tandang, 4-3 kandang).
Kondisi ini pun membuat bek kanan City, Kyle Walker memahami ada semangat membara yang tersembunyi dalam laga dini hari nanti. Apalagi melihat dari kepincangan mereka di lini depan. Absennya Kun Aguero nyatanya tak berimbas pada daya gedor rival Setan Merah ini. Sebanyak 13 gol disumbangkan dalam lima laga. Jelas ini membuktikan bahwa City masih menyimpan para bomber yang siap dipanggil kapan saja.
”Tentu kehadiran Lyon tidak bisa kami anggap terlalu mudah. Mereka masih menyimpan ancaman. Tapi secara pengalaman kami masih bisa banyak bicara. Mereka tidak banyak bermain sepak bola, jadi mudah-mudahan kami bisa memanfaatkannya,” ujar Walker dilansir dari laman resmi official Man City, kemarin.
Usai Ligue 1 dihentikan Karena pandemic, Lyon baru melewati 2 laga kompetitif. Pertama pada final Coupe de la Ligue 2020 versus PSG dan leg kedua 16 besar UCL melawan Juventus. Hasilnya, dalam dua laga itu, pasukan Rudi Garcia selalu kalah.
Di Liga Champions, performa Lyon juga tak istimewa. Total, Garcia membuat timnya menelan tiga kekalahan dan hanya dua kali menang dari enam laga. Performa Lyon melawan Si Nyonya Tua yang tak maksimal.
“Kami telah mencapai ‘Delapan Besar’ di Lisbon dan inilah kami,” kata Garcia, setelah menyingkirkan Juventus. “Kami adalah orang luar sekarang tapi itu cocok untuk kami,” tambahnya.
Jika Pep mampu mengandalkan kolektivitas Manchester Biru, Lyon-secara histori- mungkin agak berbeda. Jika Lyon memiliki catatan baik dengan Manchester City dan Guardiola, tak demikian dengan Rudi Garcia. Mantan allenatore AS Roma itu bahkan pernah dibuat malu ketika berhadapan dengan Guardiola yang masih menangani Bayern Munchen pada 2014/2015. Dua kali bertemu Munchen di babak penyisihan grup Liga Champions, Munchen bahkan mencetak lebih dari setengah lusin gol untuk meraih kemenangan 7-1. (fin/tgr)