
Anggaran besar ini jelas ambisius, tapi pro dan kontra mengikuti. Ganjar Pranowo menyorot Rp400–450 triliun untuk makan gratis di media GMNI “Maaf, dan Rp 400 triliun mau digunakan untuk makan siang” Ekonom dari CELIOS melihat potensi risiko defisit dan beban APBN; pendanaan lewat pajak perlu efisiensi dan basis pajak yang lebih luas. Strategi pemangkasan proyek (seperti tol baru), dan dialihkan fokus ke program prioritas, juga muncul dari diskusi publik.
Deretan 11 program ini menghadirkan citra ambisi grandiose dari menyelesaikan food crisis, membangun landasan pendidikan maju, hingga swasembada pangan dengan teknologi dan regulasi sebagai pilar. Namun, keberhasilan bergantung penuh pada eksekusi, akuntabilitas, dan kesinambungan pelaksanaan.
Uang Rp446 triliun itu bisa jadi tonggak percepatan inovatif jika:
-
Pemotongan birokrasi dan biaya dinas benar-benar terjadi,
-
Basis pajak diperluas tanpa memberatkan rakyat kecil,
-
Program dipantau transparan, meminimalisasi kebocoran,
-
dan evaluasi dilakukan secara berkala.
Jika terwujud, ini bukan sekadar anggaran besar—tapi mungkin awal era baru pemerintahan efisien & transformasional ala Prabowo Subianto.