
BACA JUGA:Makna Ganda Pancasila, Membedakan Hari Lahir dan Hari Kesaktian dalam Sejarah Bangsa
Namun performa para pemain di turnamen-turnamen sebelumnya menunjukkan bahwa perbaikan harus dilakukan secara menyeluruh, baik dari sisi teknik, strategi, hingga mental bertanding. Lawan-lawan dari negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, hingga Denmark tampil konsisten dan memberikan tekanan yang besar terhadap dominasi tradisional negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
Keuntungan bermain di kandang sendiri memang menjadi harapan tersisa bagi Indonesia. Suporter yang memenuhi Istora Senayan diharapkan bisa memberikan semangat tambahan dan mengangkat motivasi atlet-atlet yang tampil. Namun, tanpa persiapan dan pembenahan yang matang, atmosfer positif dari pendukung saja tak cukup untuk melawan dominasi para pebulutangkis elit dunia.
PBSI dan jajaran pelatih kini dihadapkan pada tugas berat. Indonesia Open bukan hanya turnamen penting secara peringkat, tapi juga secara psikologis. Kemenangan di turnamen ini bisa menjadi titik balik bagi para atlet dan menjadi suntikan moral menjelang turnamen-turnamen besar berikutnya, termasuk Kejuaraan Dunia dan Olimpiade Paris 2024 yang semakin dekat.
Untuk itu, fokus dan strategi harus dimaksimalkan agar performa pemain bisa kembali ke level terbaiknya. Apalagi, kepercayaan publik juga mulai menurun melihat hasil-hasil yang kurang menggembirakan sepanjang tahun 2025.
Semua mata kini tertuju ke Indonesia Open 2025. Mampukah para pahlawan bulu tangkis Indonesia memutus paceklik gelar dan bangkit di kandang sendiri? Atau akankah tren negatif terus berlanjut? Jawabannya akan terungkap dalam satu pekan mendatang.