JEKTVNEWS.COM- Jejak digital (digital footprint) telah menjadi topik penting yang semakin relevan di era digital saat ini, terutama di kalangan Gen Z, yang tumbuh besar dengan teknologi dan internet.
Konsep ini merujuk pada jejak atau rekaman data yang ditinggalkan oleh individu saat mereka berinteraksi dengan berbagai platform online. Data yang terkumpul mencakup berbagai macam informasi, dari unggahan media sosial hingga riwayat pencarian di mesin pencari.
Jejak digital ini terbagi menjadi dua jenis: jejak aktif, yang mencakup data yang sengaja dibagikan oleh pengguna, seperti unggahan di platform sosial media, serta jejak pasif, yang merujuk pada data yang dikumpulkan tanpa disadari, seperti riwayat pencarian atau lokasi pengguna yang dilacak oleh aplikasi.
BACA JUGA:Petani Merugi: Sawah Terendam, Panen Gagal akibat curah hujan tinggi
Fenomena jejak digital ini memiliki dua sisi yang sangat kontradiktif. Di satu sisi, jejak ini dapat membawa manfaat besar, seperti personalisasi layanan atau pengalaman pengguna yang lebih baik.
Banyak platform digital, seperti media sosial dan aplikasi e-commerce, menggunakan jejak ini untuk menyesuaikan iklan dan rekomendasi produk dengan preferensi individu. Ini dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pengguna dalam menemukan produk atau layanan yang mereka butuhkan.
Namun, di sisi lain, tanpa pengelolaan yang baik, jejak digital dapat berisiko besar terhadap privasi seseorang. Seperti yang dijelaskan oleh Cahyadi (2021) dalam jurnal yang membahas tentang keamanan digital, "Jejak digital, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan pelanggaran privasi yang berakibat serius, termasuk penyalahgunaan data pribadi oleh pihak tidak bertanggung jawab".
BACA JUGA:Mengapa Gen Z Lebih Rentan Terhadap Penyakit Mental? Apa Alasannya?
Lebih jauh lagi, jejak digital yang tidak terkelola dengan baik bisa memengaruhi aspek kehidupan nyata, seperti reputasi pribadi, baik di dunia profesional maupun akademis.
Sebagai contoh, unggahan yang tidak sesuai atau kontroversial dapat berdampak pada citra seseorang di mata rekan kerja atau institusi pendidikan. Di dunia yang semakin mengandalkan internet, data digital sering kali dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menganalisis perilaku konsumen, meskipun tanpa izin eksplisit dari individu.
Penggunaan algoritma berbasis data digital untuk menentukan pola konsumsi dapat memengaruhi kebiasaan membeli atau mengonsumsi, yang tidak selalu disadari oleh pengguna itu sendiri.
Dalam menghadapi tantangan ini, sangat penting bagi generasi muda, terutama Gen Z, untuk menyadari pentingnya pengelolaan jejak digital. Data pribadi yang sensitif, seperti alamat rumah, nomor telepon, atau informasi keuangan, sebaiknya dijaga dengan ketat dan tidak disebarkan sembarangan di platform publik.
Selain itu, penggunaan pengaturan privasi di media sosial harus dimaksimalkan untuk memastikan bahwa hanya orang yang tepat yang dapat mengakses informasi pribadi. Ini menjadi semakin relevan di tengah maraknya peretasan data dan pencurian identitas di dunia maya.
BACA JUGA:TikTok Hiburan Tanpa Batas yang Membuat Lalai Akan Waktu
Menurut Prasetyo & Trisyanti (2018), generasi muda perlu memahami bahwa "apa yang dibagikan di internet akan sulit dihapus sepenuhnya, dan jejak digital mereka adalah cerminan identitas mereka di dunia maya".