Perbedaan Strategi Jokowi dan Prabowo dalam Menyiapkan Kabinet Dari Tertutup hingga Terbuka Layaknya Audisi

Rabu 16-10-2024,11:48 WIB
Reporter : Diana Hrp
Editor : Diana Hrp

JEKTVNEWS.COM - Dalam sejarah politik Indonesia, ada perbedaan mencolok dalam cara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto menyiapkan calon menteri mereka. Jika Jokowi cenderung lebih tertutup, terutama pada periode pertama, maka Prabowo justru memilih langkah yang lebih terbuka, layaknya sebuah audisi untuk menentukan siapa yang akan mengisi posisi-posisi strategis dalam kabinetnya. Pada 20 Oktober 2014, ketika Jokowi dilantik sebagai Presiden untuk pertama kalinya, ia belum mengumumkan siapa saja yang akan mengisi kabinetnya. Namun, seleksi para calon menteri sebenarnya sudah dilakukan melalui tim transisi yang dipimpin oleh Rini Soemarno. Tim ini bertugas menyaring dan memilih nama-nama yang layak untuk mengisi posisi penting di pemerintahan.

BACA JUGA:Herindra resmi ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Kepala BIN menggantikan Budi Gunawan

Setelah pelantikan, Jokowi secara diam-diam memanggil para calon menteri ke Istana Kepresidenan di Jakarta. Tindakan ini tidak diketahui oleh publik sampai keesokan harinya. Bahkan, Jokowi sempat bercanda kepada para wartawan yang tidak mengetahui pemanggilan itu, dengan mengatakan, "Tadi malam kita panggil semuanya sampai jam tiga malam. Kamu enggak di sini kenapa hayo?" candanya pada Selasa, 21 Oktober 2014. Pada akhirnya, pada 26 Oktober 2014, Jokowi memperkenalkan 34 calon menteri yang akan membantunya dalam Kabinet Kerja. Para calon menteri ini hadir di halaman belakang Istana Merdeka, mengenakan kemeja putih dan celana hitam, yang menjadi ciri khas pakaian para pejabat dalam kabinetnya.

Pada periode kedua kepemimpinannya, Jokowi juga tidak langsung mengumumkan calon menteri pada saat pelantikannya. Namun, ia sedikit mengubah pendekatannya dengan memanggil para calon menteri pada 21 dan 22 Oktober 2019, setelah ia resmi dilantik. Di periode ini, publik dan media sudah bisa melihat siapa saja yang akan mengisi kabinetnya, karena para calon menteri datang secara terbuka ke Istana Kepresidenan. Dalam dua hari tersebut, Jokowi memanggil 23 calon menteri pada hari pertama dan 11 calon menteri pada hari kedua, sebelum mereka dilantik pada 23 Oktober 2019.

BACA JUGA:Presiden Terpilih Diharapkan Jadi Panglima Pemberantasan Mafia Pertambangan, Mafia Perkebunan Sawit

Berbeda dengan Jokowi, Prabowo Subianto menerapkan pendekatan yang lebih terbuka dalam menyusun kabinetnya. Pada 14 dan 15 Oktober 2024, Prabowo mulai memanggil calon menteri, wakil menteri, dan kepala lembaga ke rumahnya di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan. Proses ini dilakukan jauh sebelum ia resmi dilantik sebagai presiden. Dalam proses ini, Prabowo seolah menggelar "audisi menteri" di mana para calon harus melewati barisan wartawan yang berkumpul di depan rumahnya. Para calon menteri yang datang ke Kertanegara disambut dengan sorotan kamera dan pertanyaan dari para wartawan. Beberapa dari mereka bahkan menyempatkan diri untuk tersenyum dan melambaikan tangan kepada media. Ada yang memberikan pernyataan singkat setelah bertemu Prabowo, namun ada juga yang memilih meninggalkan lokasi tanpa komentar.

Setelah hari pertama pemanggilan calon menteri, Prabowo mengadakan konferensi pers singkat di depan wartawan. Ia menyatakan bahwa seluruh calon anggota kabinetnya telah siap menjalankan tugas dan menerima arahan yang telah diberikan. "Alhamdulillah semuanya menyatakan sanggup. Saya memberi beberapa penekanan kira-kira arah kebijakan kita," ujar Prabowo. Setelah proses pemilihan menteri selama dua hari, Prabowo melanjutkan dengan mengadakan pembekalan bagi calon anggota kabinet di kediamannya di Hambalang, Kabupaten Bogor. Langkah ini menunjukkan bahwa Prabowo lebih memilih untuk menyiapkan kabinetnya secara matang bahkan sebelum pelantikan resmi.

BACA JUGA: Aturan Pembatasan BBM Bersubsidi Belum Final, Bahlil Sebut Masih Perlu Uji Coba

Meskipun ada perbedaan besar dalam cara Jokowi dan Prabowo mempersiapkan calon menteri, tujuan keduanya tetap sama yaitu memilih individu yang tepat untuk mengemban tugas negara. Jokowi lebih memilih pendekatan yang hati-hati dan tertutup, sementara Prabowo lebih terbuka dan melibatkan media dalam proses seleksi. Perbedaan ini mencerminkan gaya kepemimpinan masing-masing, namun pada akhirnya, keberhasilan pemerintahan akan sangat bergantung pada kinerja kabinet yang dipilih.

Kategori :