Surabaya Ke Jakarta Naik KA Saja

Jumat 01-03-2019,10:35 WIB

JAKARTA – Rencana pembangunan fasilitas KA semicepat Jakarta Surabaya bakal dipastikan dalam satu bulan ke depan. Beberapa opsi sudah mundul dalam studi kelayakan yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Tekniologi (BPPT) bersama Japanese International Cooperation Agency (JICA). Sementara, batas kecepatan telah ditetapkan minimum 160 kilometer per jam (kpj).

Rencana pengembangan KA tersebut menjadi bagian dari pembicaraan di Istana Merdeka kemarin (5/9). Presiden Joko Widodo menerima Special Advisor to The Prime Minister Jepang Hiroto Izumi didampingi sejumlah menteri ekonomi. Kedua pihak membicarakan proyek KA semicepat dan dua proyek lainnya. Yakni, pelabuhan Patimban dan proyek MRT.

          Saat ini, studi utama ada pada pemilihan jalur yang akan digunakan untuk pembangunan proyek KA tersebut. Ada tiga pilihan yang bisa digunakan. Yakni, menggunakan jalur existing tanpa perubahan, merevitalisasi jalur existing, dan membuat jalur baru. ’’Kami (Kemenhub) punya preferensi tidak di jalur existing Jakarta-Surabaya,’’ terang Menhub Budi Karya Sumadi usai pertemuan.

          Jalur non existing itu, bila memungkinkan bakal menggunakan lahan di sisi jalur tol trans Jawa. Sehingga, kalaupun harus membangun jalur baru tidak butuh waktu lama karena lahannya sudah ada. Biaya pembangunannya juga bisa lebih murah karena tidak perlu membebaskan lahan

          Pertimbangan utama preferensi jalur non existing adalah kecepatan KA. Pemerintah sudah menetapkan kecepatan minimum KA semicepat tersebut 160 kpj. ’’Bisa lebih, tidak bisa kurang,’’ lanjut mantan Dirut Angkasa Pura II itu. Dengan kecepatan160 kpj, maka waktu tempuh bisa menjadi lebih singkat, yakni lima jam. Sebagai gambaran, saat ini KA Eksekutif Argo Bromo Anggrek  perlu waktu tempuh sembilan jam dari Jakarta ke Surabaya maupun sebaliknya.

          Dampaknya, jadwal keberangkatan bisa bertambah dua kali lipat menjadi empat kali sehari. Otomatis, penambahan jadwal keberangkatan itu juga akan menambah okupansi penumpang menjadi dua kali lipat pula. Semakin banyak penumpang di jalur Jakarta-Surabaya yang bisa terangkut.

           Sebenarnya, tutur Menhub, pihak Jepang mengusulkan KA dengan kecepatan 120 kpj. Usulan itu tidak disetujui karena dianggap tanggung. Tidak jauh dengan kecepatan KA eksekutif yang ada saat ini di kisaran 90 kpj. Selain itu, bila kecepatannya 120 kpj, maka jadwal keberangkatan tidak bisa ditingkatkan dua kali lipat.

          Kecepatan KA baru itu juga akan berpengaruh pada lalu lintas KA yang sudah ada bila diputuskan dibangun di jalur existing. Sehingga, implikasinya lebih banyak. Apalagi, di sepanjang jalur existing saat ini sudah banyak okupansi penduduk.

          Selain pemilihan jalur, pihaknya juga sedang mempelajari pilihan teknologi yang akan digunakan pada KA nanti. Apakah menggunakan tenaga diesel atau listrik. ’’BPPT punya preferensi, kalau bisa elektrik,’’ tuturnya. Penggunaan teknologi berbasis listrik dalam jangka panjang akan memicu pertumbuhan industri terkait di dalam negeri.

          Namun, di sisi lain penggunaan teknologi listrik akan membuat biaya pembangunannya menjadi lebih tinggi dibandingkan KA diesel. Dampaknya, biaya investasi juga akan meningkat. Diperkirakan, nilai investasinya akan 50 persen lebih mahal ketimbang KA diesel.

Saat ini, pilihan-pilihan tersebut masih dipelajari. Baik jalur maupun teknologi yang akan digunakan, saat ini belum ada yang diputuskan. Kemenhub masih menunggu hasil dari studi kelayakan yang diperkirakan selesai sebulan lagi. Dari situ, pemerintah akan memutuskan apakah menggunakan preferensi yang dibuat sebelumnya atau memilih opsi lainnya.

          Disinggung mengenai perkiraan nilai investasi, Budi Karya mengaku belum berani menyampaikan. ’’Posisinya masih draft,’’ tambahnya. Nilainya masih mungkin untuk berubah tergantung keputusan yang bakal diambil dalam satu bulan ke depan.

          Senada, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan, proyek kereta api cepat Jakarta-Surabaya saat ini sedang dalam proses feasibility study. Menurutnya, saat ini masih ada tiga opsi jalur yang akan dilalui kereta api cepat itu.

          "Yang pertama adalah menggunakan jalur lama as it is. Jalur lama yang direhab. Atau melalui jalur baru yang melewati Solo," kata Basuki saat ditemui di Hotel Mulia Senayan kemarin.

Menurut Basuki, Jepang meminta pemerintah Indonesia untuk segera memutuskan jalur mana yang nantinya akan dilalui kereta api cepat. Hal ini juga yang akan memengaruhi feasibility study untuk proyek tersebut. "Mereka minta pemerintah putuskan segera," ucapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait