JEKTVNEWS.COM - Gangguan makan adalah masalah kesehatan mental yang kompleks yang dapat memengaruhi seseorang secara fisik, emosional, dan sosial. Mereka melibatkan perilaku makan yang tidak sehat yang dapat mengancam kesehatan dan kehidupan seseorang.
Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan sebab utama terjadinya gangguan makan, termasuk faktor biologis, psikologis, dan sosial yang berperan dalam perkembangan gangguan makan.
1. Faktor Biologis
Faktor biologis dapat memainkan peran dalam perkembangan gangguan makan. Ini mencakup predisposisi genetik, yaitu keturunan dari anggota keluarga yang juga mengalami gangguan makan. Studi kembar identik menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berkontribusi pada risiko gangguan makan.
BACA JUGA:Mobil Pertama di Indonesia De Dion-Bouton
Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmitter, zat kimia di otak yang mengatur suasana hati dan nafsu makan, juga dapat memengaruhi perkembangan gangguan makan. Kekurangan serotonin, misalnya, telah dikaitkan dengan gangguan makan tertentu.
2. Faktor Psikologis
Aspek psikologis memainkan peran yang signifikan dalam gangguan makan. Perasaan rendah diri, tekanan sosial, stres berlebihan, dan masalah dalam mengatasi emosi dapat menjadi faktor pemicu gangguan makan. Beberapa individu mungkin menggunakan kontrol makanan sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif atau mengurangi stres.
BACA JUGA:Keluarga Vinsmoke, Dinasti Kekuatan dan Kejahatan dalam Anime One Piece
Faktor psikologis lainnya termasuk citra tubuh yang negatif, di mana seseorang memiliki pandangan yang tidak realistis tentang tubuh mereka dan merasa perlu untuk mengendalikan berat badan mereka secara ekstrem.
3. Faktor Sosial dan Kultural
Tekanan sosial dan kultural juga dapat berperan dalam perkembangan gangguan makan. Standar kecantikan yang diterapkan oleh masyarakat dan media dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang penampilan fisik, mendorong individu untuk berusaha mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang dianggap ideal.
Dalam beberapa budaya, puasa dan diet yang ketat mungkin dianggap sebagai norma sosial atau bahkan tuntutan agama. Ini dapat meningkatkan risiko perkembangan gangguan makan.
4. Stressor Hidup
BACA JUGA:Pemerintah Ajak Umat Islam Salat Gaib untuk Korban Bencana di Maroko dan Libya