Mengenal Sejarah Singkat Nahdlatul Ulama

Mengenal Sejarah Singkat Nahdlatul Ulama

Mengenal Secara Singkat Nahdlatul Ulama (NU) dan Sejarahnya-Tempo-

jektvnews.com - Nahdlatul Ulama (NU) merupkan organisasi keagamaan Islam Indonesia yang didirikan oleh Hasyim Asy'ari, kepala pesantren di Jawa Timur.

Lambang Nahdlatul Ulama ini, pertama kali digambar oleh K.H. Ridwan Abdullah, kemudian disempurnakan lagi berdasarkan hasil Musyawarah Nasional ke-33 Tahun 2015 di Jombang.

BACA JUGA:Bulan Ramadan, Korem 042/Gapu Berbagi Takjil Kepada Masyarakat

Dalam lingkup organisasi NU terdapat Badan otonom Nahdlatul Ulama untuk pemuda yaitu GP Ansor dan untuk pemudi yaitu Fatayat NU. Keduanya lahir di bulan yang sama, yaitu april pada tanggal 24. Untuk tahunnya sendiri GP Ansor pada 1934, sementara Fatayat 1950.Hanya beda tahun saja. Dengan demikian, selisih keduanya terpaut 16 tahun.

GP Ansor merupakan badan otonom pertama di NU, sementara Fatayat ketiga. Di antara keduanya lahir Muslimat NU, sebuah banom untuk kalangan ibu-ibu. Sebagai badan otonom, organisasi-organisasi tersebut memiliki AD/ART sendiri yang berbeda, tapi tetap tidak bertentangan dengan visi dan misi induknya, yaitu NU. 

BACA JUGA:Indonesia Batal Jadi Tua Rumah Piala Dunia, Wapres RI Ma'ruf Amin : Tidak Berarti Kiamat

NU mempunyai anggota yang berkisar dari 40 juta (2013) hingga lebih dari 95 juta pada Tahun (2021) yang menjadikannya sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. NU juga merupakan badan amal yang mengelola pondok pesantren, sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit serta mengorganisir masyarakat untuk membantu peningkatan kualitas hidup umat Islam.

Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk membela praktik Islam tradisionalis yang diajarkan sesuai dengan akidah Asy'ariyah dan fikih Mazhab Syafi'i juga kepentingan ekonomi anggotanya.

BACA JUGA:Mengejutkan, Ini Fakta Bika Ambon Makanan Khas Medan yang Sering Dikira Dari Ambon

Pandangan keagamaan NU dianggap "tradisionalis" karena menoleransi budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini membedakannya dengan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, yang dianggap "reformis" karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap Al-Qur'an dan Sunnah.

Sejarah

Berdirinya NU pada tahun 1926, sebagai organisasi ulama Muslim Asy'ari ortodoks, yang bertentangan dengan kebijakan modernis Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis), dan munculnya gerakan Salafi dari organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Indonesia yang sama sekali menolak adat istiadat setempat yang dipengaruhi oleh tradisi Hindu dan Buddha Jawa pra-Islam.

BACA JUGA:Indonesia Lamban dalam Pembangunan Transportasi Publik, Presiden Jokowi : Hampir di Semua Pulau

Organisasi ini didirikan setelah Komite Hijaz telah memenuhi tugasnya dan akan dibubarkan. Pada tahun 1928, NU menggunakan bahasa Jawa dalam khotbahnya, di samping bahasa Arab. Meskipun pada tahun 1937 hubungan NU dengan organisasi-organisasi Islam Sunni lainnya di Indonesia buruk, organisasi-organisasi tersebut membentuk Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) sebagai forum diskusi.

Sumber: