MERETAS JEMBATAN OPTIMISME ‘PERADABAN’ INDONESIA 2045

MERETAS JEMBATAN OPTIMISME ‘PERADABAN’ INDONESIA 2045

‘Saya percaya Indonesia negara yang besar, kuat dengan berbagai potensi yang dimiliki. Kita harus bisa menjadi jembatan peradaban yang kokoh’ Retno Marsudi, Endgame, 2022

Retno Lestari Priansari Marsudi, adalah salah satu sosok perempuan yang saya kagumi. Ketokohan dan diplomasinya yang dinilai ‘membumi’ membawa perubahan besar dalam berbagai lini kehidupan bangsa Indonesia. Seorang perempuan dengan tampilan ‘nyentrik dan sangat fashion stylish’ ini selalu menghadirkan optimisme ditengah berbagai kesulitan yang tengah melanda Indonesia, seperti Pandemic Covid 19, hingga ketegasannya saat terpilih menjadi salah satu Dewan Keamanan PBB pada 2021. Jiwa kepemimpinan dan sepak terjang dalam diplomasi politiknya membuat dunia kemudian percaya Indonesia sebagai negara yang tepat sebagai tempat penyelenggaraan G20 yang dimulai pada tanggal 1 Desember 2021 hingga G20 summit pada November 2022.

Melalui tema ‘Recover Together, Recover Stronger’ Indonesia ingin mengajak dunia mencapai pemulihan sektor kesehatan, ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Integrasi secara ekonomi global, maka pemulihan pasca pandemi pun harus dilakukan bersama dengan negara lain. G20 merupakan peluang Indonesia mendorong upaya internasional secara kolektif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi global secara inklusif.

Tema G20 Indonesia merupakan pengejawantah dari visi Indonesia yang diluncurkan dalam Musrembangnas tahun 2019, dimana menyebutkan bahwa Indonesia akan mampu mencapai pembangunan di 4 bidang utama; ekonomi, teknologi, sosial dan budaya pada saat tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Jika Amerika Serikat mampu menjadi negara besar setelah 200 kemerdekaan, maka dengan target 100 tahun, ini merupakan capaian visi yang luar biasa. Sebagai negara demokrasi tentu saja AS memiliki optimisme ditengah berbagai tempaan dan bahkan menjadi negara besar meskipun di tahun 2022, meski di sisi lain menghadapi tantangan ‘risk of extinction’. Karenanya, dengan sistem demokrasi Indonesia, dimana mendasarkan pada Pancasila sila ke-4, adalah menjadi ‘jembatan’ yang kokoh untuk bisa dilewati oleh berbagai negara demi keadilan, kesejahteraan dan kedamaian dunia.

Indonesia, untuk menjadi jembatan ‘peradaban dunia’ di tahun 2045, telah banyak melakukan berbagai terobosan mulai dari 1) pembenahan dibidang kesehatan, termasuk penanganan pandemic covid 19 yang tentu tidak mudah dengan jumlah penduduk terbesar keempat dalam keanggotaan G20 setelah China dan India, yakni; 273,523,615 jiwa, 2) pertumbuhan ekonomi yang membaik dengan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang mencapai 3,7% di akhir Desember 2021 (bisnis.com, 2022), dan menjadi relatif tinggi untuk tingkat Asia 3) implementasi SDGs hingga 2030 melalui UU No.59 tahun 2017 (strategi implementasi SDGs), 4) negara muslim terbesar, namun heterogen dengan berbagai budaya dan toleransi terhadap keberagaman dan keberagamaan, 5) mentransformasi digital dalam berbagai sistem yang telah dibangun, mulai dari layanan publik, pendidikan, transportasi, fasilitas kesehatan, olahraga, wisata, komunikasi, bisnis-ekonomi melalui transformasi UMKM tradisional ke digital market dengan berbagai market place. Tak cukup sampai di situ, beberapa karya anak bangsa Indonesia, generasi muda yang juga mengharumkan nama bangsa mulai dari profesi animator, farmasi, aerotechnology, matematika, arsitek, creator film hingga olahraga. Hal inilah yang kemudian membuat Indonesia optimis menjadi sebuah bangsa yang mampu merajut peradaban.

Tahun 2045 juga merupakan tahun Gross Domestic Product (GDP) Indonesia dimana saat ini telah mencatatkan di dunia internasional, tak hanya sebagai negara berkembang (middle income trap), namun juga memiliki peluang pendapatan ekonomi tinggi dalam hal pendapatan masyarakatnya secara nasional. Tentu saja ini karena dukungan infrastruktur daalam menunjang transisi ekonomi yang bersifat massif, bahkan hingga tol laut maupun Ibu Kota Negara (IKN) baru yang digadang-gadang sebagai salah satu gedung yang dibangun menggunakan teknologi ‘metaverse’. Core infrastruktur ini merupakan pengelolaan terhadap energi terbarukan, air dan transportasi yang memiliki dampak signifikan dibandingkan fasilitas publik lainnya. Tentunya hal ini dilakukan untuk menggenjot kembalinya daya ekonomi masyarakat pasca Pandemic dengan sistem dan struktur yang baru. Meminjam hasil riset David Aschauer (1989) dengan model produksi Cobb-Douglas, bahwa terdapat korelasi positif antara investasi infrastruktur dengan produktivitas output yang dihasilkan. Keberlanjutan infrastruktur diniatkan juga sebagai ‘lompatan’ baru dalam membangun kontribusi positif dan sinergitas tentunya dengan berbagai stakeholder. Artinya, harus berkolaborasi dalam spirit yang sama menuju Indonesia hebat & incorporated. Sehingga multiplier effect mampu diraih dengan bertumbuhnya investasi yang menunjang berbagai industri pengolahan dan pada akhirnya menjadi bangsa yang ‘mandiri’ dimana bisa mengolah bahan mentah sendiri, menurunkan nilai biaya logistik, menekan disparitas harga antar wilayah hingga competitiveness di internasional.

Dalam pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim, Indonesia juga menorehkan prestasi. Mulai dari penyusunan strategi dalam perwujudan pembangunan rendah karbon, menyusun sejumlah strategi untuk mewujudkan pembangunan rendah karbon di Indonesia, target NDC 2030 (GRK 29% BaU dan 41% Bantuan Internasional), target LTS-LCCR 2050; Net sink sector hutan dan lahan pada 2030, Net zero pada 2060 atau lebih cepat, mengurangi kerugian PDB akibat perubahan iklim 3,45% pada 2050 (katadata.co.id., 2022). Tak hanya itu bahkan Indonesia telah memiliki skenario mitigas dan adaptasinya seperti menekan deforestasi dan degradasi hutan, mengelola hutan secara keberlanjutan, rehabilitasi hutan dan lahan, restorasi lahan gambut dan mangrove, perlindungan kawasan pesisir, mengelola daerah aliran sungai terintegrasi, hingga membangun infrastrukrur dan pertanian tahan iklim.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk ikut bersama, berperan serta dalam pembangunan visi Indonesia, meretas jembatan peradaban kokoh di tahun 2045? Senada denga napa yang sudah digagas oleh pemerintah, maka peran yang penting kita lakukan adalah;

1) Membumikan pengelolaan lingkungan yang sehat, dalam mendukung pembangunan rendah karbon melalui, pemilahan dan pengelolaan limbah sampah, menggunakan panel surya, sebagai salah satu cara pemanfaatan energi terbarukan, sumber air untuk mikrohydro, kincir angin dan lain sebagainya.

2) Meningkatkan literasi, membaca berbagai sumber pengetahuan dalam kerangka peningkatan verbal skill, insight & analysis dan kreatifitas.

3) Open mind, terhadap perkembangan dinamika sosial, budaya baru dan berani mencoba hal-hal baru atau bergabung melalui komunitas dengan berbagai pilihan visi diberbagai wilayah Indonesia.

4) Berkontribusi langsung dalam percepatan penyelesaian berbagai isu di Indonesia, misalnya bergabung sebagai volunteer diberbagai Universitas, NGo, magang diberbagai perusahaan baik yang bergerak misalnya di kemanusiaan, lingkungan, industri ramah lingkungan, dan lainnya.

5) Mensupport produk lokal Indonesia, melalui banyaknya market place diberbagai media online, tentu memudahkan kita untuk membeli produk Indonesia sekaligus mensupport Small Medium Enterprises (SMEs/UMKM).

6) Manfaatkan digital technology untuk mengembangkan diri, dengan membuat berbagai konten kreatif yang sifatnya positif dan tentu saja meminimalisir disrupsi dan dampak lainnya yang sifatnya tak terbatas dan tanpa sekat dalam dunia ‘metaverse’ dimana telah terintegrasi secara virtual cyber-based production processes and artificial intelligence; blockchain, perpaduan AI, big data, and IoT, yang mampu memverifikasi transaksi keuangan dalam waktu nyata dan tak lagi dibutuhkan tenaga manusia untuk membantunya hingga rekayasa gnetika dalam peningkatan kualitas hidup yang cepat atau lambat bisa dilakukan.

Sumber: