Dolar Makin Melempem, Emas Antam Naik Rp 11 Ribu per Gram
JAKARTA – Harga emas dunia menyentuh level tertinggi selama empat bulan setelah turun sedikit karena imbal hasil US Treasury yang menguat, akibat depresiasi dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran inflasi mendukung pergerakan bullion.
Mengutip laman Reuters, Rabu (19/5), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi USD 1.868,57 per ounce pada pukul 24.47 WIB. Sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup pada posisi USD 1.868 per ounce.
Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures Chicago Phillip Streible mengatakan, pelemahan dolar AS memberikan sentimen positif bagi aset logam kuning tersebut. Apalagi, emas memiliki performa yang cukup bagus meskipun tidak berada dalam pasar yang sedang merah.
Sementara analis independen Ross Norman mengatakan, pelemahan dolar AS menjadi pendorong utama kenaikan aset investasi berisiko rendah tersebut.”Narasinya jelas bergeser ke arah inflasi, tetapi mungkin yang lebih kritis, kita mendapatkan pelemahan dolar AS, yang mungkin merupakan pendorong utama dan kuncinya,” ucapnya.
Seperti diketahui, risalah rapat kebijakan terakhir bank sentral Federal Reserve diprediksi dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang prospek kebijakan moneter dan pandangan pembuat kebijakan tentang inflasi.
“The Fed tidak akan tergoda untuk mengatakan atau melakukan sesuatu untuk mengganggu situasi yang ada terkait pemulihan yang sedang mengumpulkan beberapa momentum. Menaikkan suku bunga atau diskusi tentang tapering mungkin akan kontraproduktif pada tahap ini,” kata Norman.
Sementara, emas milik PT Aneka Tambang Tbk pada hari ini juga naik tipis Rp 1.000 menjadi Rp 948 ribu per gram. Sedangkan harga pembelian kembali atau buyback juga naik Rp 1.000 per gram menjadi Rp 858 ribu per gram.
Itu artinya sejak awal pekan, Senin (17/5), logam mulia milik emiten dengan kode ticker ANTM itu sudah naik Rp 11 ribu per gram, dari Rp 937 ribu per gram menjadi Rp 948 ribu per gram.
Sumber: