Moeldoko Akhirnya Muncul ke Publik, Omongannya Langsung To The Point
TANGSEL – Moeldoko untuk pertama kalinya akhinya muncul di depan publik pasca Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang beberapa waktu lalu. Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu hadir dalam puncak peringatan ulang tahun Ikatan Keluarga Alumni Universitas Terbuka (IKA UT) ke-31 di kampus UT Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Jumat (26/3/2021).
Kehadiran Moeldoko sendiri lantaran ia saat ini menjadi Ketua Umum IKA UT.Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga menyampaikan pidatonya yang menyinggung sejumlah isu.
Salah satu yang cukup mendapat sorotan adalah isu radikalisme dan toleransi. “Saya selalu lantang soal keberagaman. Sekarang ini muncul paham radikal, intoleransi, tarikan ideologi kuat di mana-mana,” ungkapnya.
Saat ini, kata Moeldoko, pemerintah sedang menyiapkan generasi emas untuk 2045 nanti. Dengan adanya radikalisme dan intoleransi tersebut, maka bisa menacaukan upaya bangsa Indonesia menyambut 100 tahun kemerdekaan kelak.
Karena itu, Moeldoko menerkankan bahwa gerakan radikalisme dan intoleransi harus diperangi oleh semua pihak secara bersama-sama.
“Bukan soal politik praktis lima tahunan,” tegasnya. Saat ini, sambungnya, semua elemen bangsa Indonesia tengah mengarahkan negara lurus ke depan tanpa dihambat rintangan ideologi yang bisa menghambat negera Indonesi Emas 2045.
Kodrat bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa dengan berbagai agama, suku dan budaya. Untuk itu, semua komponen bangsa harus bertekad dan melawan bersama-sama dengan tidak memberikan ruang sedikitpun pada radikalisme dan intoleransi. “Ruang intoleransi harus dipersempit bersama. Jangan dikasih ruang,” tegasnya lagi.
Moeldoko juga berharap para alumni UT untuk mengambil peran strategis di tempat masing-masing. Pun seluruh dosen serta pimpinan UT yang harus memikirkan situasi berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi tersebut dengan serius.
“Saya tidak ingin bangsa Indonesia malah menjadi negara yang mundur,” tekan dia.
Moeldoko lalu mengingatkan kondisi sejumlah negara Timur Tengah yang kini porak poranda akibat peperangan. Di antaranya seperti yang terjadi di Irak, Libya, Suriah, atau Afghanistan. “Kalau sudah rata, kita sadar semuanya tidak ada gunanya,” tandas Moeldoko.
Sumber: www.pojoksatu.id
Sumber: