Minyak Dunia Anjlok Hingga 7 Persen
JAKARTA – Harga minyak dunia berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD4,72, atau 6,9 persen menjadi USD63,28 per barel, sementara minyak mentah West Texas International (WTI), patokan Amerika, melorot USD4,60, atau 7,1 persen, menjadi USD60 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, di New York, Kamis (18/3) atau Jumat (19/3) pagi WIB.
Kedua kontrak itu merosot lebih dari 11 persen sejak mencapai level tertinggi baru-baru ini pada 8 Maret. Penurunan lima hari berturut-turut adalah yang terpanjang bagi WTI sejak Februari 2020 dan untuk Brent sejak September 2020.
Setelah penutupan pasar, kedua patokan minyak mentah itu terus melemah, masing-masing merosot lebih dari USD6 per barel, atau 9 persen. Penurunan harga minyak itu sendiri terjadi selama lima hari berturut-turut.
Beberapa negara besar Eropa harus memberlakukan kembali (lockdown) penguncian karena beban kasus meningkat, sementara program vaksinasi melambat di tengah kekhawatiran tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca yang didistribusikan secara luas di benua itu. Harga minyak dunia memanas dan cadangan bensin Amerika Serikat juga merosot lebih dari 5 persen.
“Skenario kasus terbaik untuk pemulihan permintaan telah diperhitungkan di pasar ini. Semua orang merayakan peluncuran vaksin dan pengurangan pembatasan,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York, dikutip dari Reuters.
“Sekarang di Eropa, hampir sepenuhnya kehilangan kontrol. Penguncian di Polandia dan Italia menghantam inti dari seluruh narasi dan tesis pemulihan permintaan yang mendongkrak harga.”
Perlambatan Program Vaksinasi Eropa
Perlambatan dalam program vaksinasi di Eropa dan prospek lebih banyak pembatasan untuk mengendalikan virus corona memukul ekspektasi bagi pemulihan penggunaan bahan bakar.
Inggris harus memperlambat peluncuran vaksin Covid-19 bulan depan karena krisis pasokan yang disebabkan penundaan pengiriman jutaan suntikan AstraZeneca dari India, dan kebutuhan untuk menguji stabilitas 1,7 juta dosis tambahan.
“Eropa melihat pekan ketiga berturut-turut melonjaknya kasus Covid-19 dan dengan rintangan vaksinasi yang masih ada,” kata Edward Moya, analis OANDA di New York.
Sejumlah negara Eropa menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca karena kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping, meski Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan Eropa harus terus menggunakan vaksin tersebut.
Persediaan minyak mentah Amerika naik untuk empat minggu berturut-turut setelah cuaca dingin yang parah di Texas dan bagian tengah negara itu pada Februari memaksa penutupan pengilangan.
Pedagang mengatakan stok bisa tumbuh lebih lanjut setelah WTI pada 12 Maret beralih dari backwardation menjadi contango, di mana kontrak front-month lebih murah daripada bulan kedua. Kenaikan dolar juga berkontribusi pada aksi jual minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sumber: