DISWAY: Cut-Off Vitamin D
Rabu 03 March 2021
Oleh : Dahlan Iskan
KENAPA orang Indonesia banyak yang kekurangan vitamin D? Padahal kita hidup di negara tropis? Yang lebih sering terkena sengatan sinar matahari?
Baru kemarin malam saya tahu jawabnya. Yakni ketika saya diminta jadi pembicara di pertemuan Zoom diaspora Indonesia.
"Memang sinar matahari itu sumber vitamin D. Tapi perlu protein tertentu yang bisa menjadi perantara. Agar sinar matahari itu benar-benar bisa menjadi vitamin D-3," ujar dr Roy Panusunan yang juga jadi salah satu pembicara.
Moderator forum Zoom ini beberapa orang. Satu di New York, Lia dan James Sundah. Satu di Austria, EA Adoracion. Satu lagi di Belanda, Sisca Hotrop dan Titiek van Houten, Lainnya di Jakarta. Pembicaranya banyak. Ada yang dari Atlanta (USA), Moskow (Rusia), Washington DC, dan juga Shanghai.
Semua berbicara tentang pengalaman vaksinasi. Yang di Moskow mendapat vaksinasi merek Sputnik –bikinan Rusia. Tidak ada masalah. Tidak merasakan efek samping apa-apa.
Yang di Atlanta mendapat vaksin Moderna. Buatan Amerika. Juga tidak merasakan apa-apa. Hanya lengan kirinya sakit. Tidak bisa tidur miring ke kiri. Pun hari berikutnya sakit itu hilang. Padahal ia punya gula darah dan hipertensi –yang terkontrol karena disiplin minum obat.
Daniel Fu, orang Atlanta itu, juga baru menjalani operasi jantung –triple bypass. Yakni setelah ia kembali dari Jakarta. "Waktu di Jakarta saya banyak makan macam-macam," kata Daniel.
Ia merasa tidak punya keluhan apa-apa. Olahraganya juga kuat. Menjelang kembali ke Amerika pundaknya terasa tegang –sampai ke punggung. Ketika tiba di Atlanta ia dipaksa istri untuk periksa ke dokter keluarga. Hasilnya: ia harus operasi bypass.
Intinya: vaksinasi ini aman. Pun bagi orang seperti Daniel.
Lia Sundah –moderator yang di New York– juga sudah suntik vaksin. Yakni di stadion Queen, New York. Yang melakukan penyuntikan adalah marinir AS.
Lia mendapat vaksin Pfizer. Juga tidak mengalami masalah apa-apa.
Lia Sundah sudah 20 tahun di New York. Lia menjadi pengacara di sana. Lia memang doktor hukum lulusan Boston –meski lulus S-1 dari jurusan musik, juga di Boston.
Sumber: