Umur Panjang Nenek Barbeque
Menonton ini bikin saya kangen masa-masa SMA di Kansas, saat setiap weekend selalu ada acara barbeque. Baik di rumah, atau oleh komunitas warga dan gereja.
Tidak ada alat masak modern yang menunjukkan angka-angka. Orang seperti Tootsie hanya menggunakan sentuhan tangan untuk "merasakan" suhu yang cukup. Dia sendiri yang menggunakan sekop untuk menambah dan mengurangi arang. Hingga sekarang, di usia 85 tahun.
Tootsie ini, sebelum Netflix, sudah cukup legendaris. Masakannya sudah sejak 2008 disebut sebagai barbeque terbaik di Texas. Berkat Netflix, cerita hidupnya jadi mendunia. Dan cerita hidup itu ternyata luar biasa.
Tootsie lahir setelah Great Depression, masa krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Amerika. Keluarganya sangat miskin. Harus bercocok tanam sendiri, beternak sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak kecil, Tootsie sudah terbiasa memotong ternak dan menyiapkan makanan.
Tootsie lantas menikah dengan seorang veteran perang. Lalu membantunya bekerja di toko daging. Mereka lantas membeli toko daging itu, terus bekerja dan memasak di sana (menyediakan barbeque). Kemudian suaminya kena stroke, butuh perhatian 24 jam sehari. Mereka harus menjual toko daging itu. Tootsie hanya bekerja sehari di weekend untuk masak.
Sang suami akhirnya meninggal dunia. Tootsie kemudian ditawari bekerja di Snow's BBQ pada 2003. Anak laki-lakinya ikut bekerja di "depot" yang hanya buka di akhir pekan itu. Kemudian, anak laki-lakinya itu juga meninggal karena kanker.
Tootsie akhirnya menerima tawaran kerja Senin sampai Jumat di SMA lokalnya. Supaya tidak kesepian. Terus bertemu dengan keramaian anak-anak sekolah, juga ikut ambil bagian dalam salah satu pusat masyarakat kota. Di banyak kota kecil di Amerika, SMA bisa jadi pusat aktivitas. Pertunjukan, pertandingan/perlombaan berbagai olahraga, semua disuguhkan oleh sekolah.
Sabtunya, dia memasak.
Dan itu masih kerja sangat keras. Tootsie bisa memasak hingga 650 kilogram daging dalam sehari. Tapi dia bekerja begitu bahagia. Sekarang, semua konsumen datang ingin bertemu dengannya, berfoto dengannya. Dia tidak lagi kesepian. Dia merasa seperti punya teman dari seluruh penjuru dunia.
"Ini sesuatu yang sudah saya kerjakan seumur hidup saya, dan akhirnya saya mendapatkan pengakuan dari pekerjaan ini. Di sisi lain, segala ketenaran ini? Rasanya aneh sekali," ucapnya saat berbicara di Netflix.
Kalau Anda menontonnya, Anda mungkin akan ikut merasa "hangat" ketika melihat wajah Tootsie, bagaimana dia bekerja, bagaimana dia dalam keseharian yang begitu sederhana.
Dan dia terus menegaskan kalau dia tidak punya resep khusus. Kalau ada yang tanya, dia akan selalu memberi tahu. "Kami tak punya rahasia. Bumbu kami hanya garam dan merica. Saya sulit menjelaskan seperti apa pit (dapur) kami, karena saya menggunakan feeling tangan saya. Saya tak punya alat ukur apa pun. Mungkin kalau ada alat ukurnya, saya bisa lebih presisi tanpa menggunakan tangan. Tapi saya memilih cara saya, insting saya," tuturnya.
Menonton ini, atau mengetahui cerita tentang orang-orang seperti Tootsie, tentu membuat kita selalu berpikir. Apakah kita bisa diberkati umur panjang seperti dia? Apakah kita masih bisa bekerja fisik keras seperti dia di usia 85 tahun?
Saya jadi ingat pengalaman dulu, waktu diminta Abah saya pergi ke Salt Lake City, Utah, untuk finalisasi pembelian sebuah mesin cetak. Saya masih kuliah waktu itu, bertemu dengan seseorang berusia 78 tahun yang begitu energik. Waktu itu saya heran, dan saya tanya ke dia, kenapa masih bekerja. Jawaban dia? "Azrul, if you stop work, you die" (Azrul, kalau Anda berhenti bekerja, Anda akan mati).
Tootsie ternyata punya jawaban hampir sama. Ditanya soal kenapa dia bisa berumur panjang dan terus begitu produktif, Tootsie bicara kalau ini termasuk berkah dari Tuhan.
Sumber: