Jawa-Sumatera Mendominasi Bencana

Jawa-Sumatera Mendominasi Bencana

JAKARTA – Bandan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali mengingatkan kepada masyarakat khususnya pemerintah daerah untuk mewaspadai adanya pergeseran musim dan dampak yang ditimbulkan. Peristiwa 2.000 bencana yang terjadi sepanjang akhir September menjadi poin penting agar antisipasi tetap berjalan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menjelaskan, memasuki Oktober data terbaru benjana akibat hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir di Kota Jayapura, Provinsi Papua. Derasnya arus banjir menyebabkan dua bangunan rumah roboh hingga. Dua warga meninggal dunia karena tertimpa bangunan rumah mereka.

”Penanganan sedang berjalan. BPBD Kota Jayapura melaporkan ada dua korban warga Desa Tanah Hitam, Distrik Abepura, atas nama BA (5) dan AA (4). Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kota Jayapura sudah berhasil mengevakuasi korban dan memberikan pertolongan namun nyawa kedua anak ini tidak dapat diselamatkan,” jelas Raditya kepada Fajar Indonesia Network (FIN) Kamis (1/10).

Sementara itu, Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB juga menginformasikan sebanyak 11 warga Kota Tarakan, Provinsi Kalimatnan Utara, meninggal dunia akibat tanah longsor. Tiga lainnya dilaporkan mengalami luka-luka setelah tanah longsor. Kejadian ini salah satunya dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Tarakan. Selain korban jiwa, bencana ini berdampak pada 19 unit rumah warga.

”Korban meninggal ada di dua kecamatan, yakni Kecamatan Tarakan Utara dan Tarakan Tengah. Untuk wilayah terdampak berada di Kelurahan Juanta Permai, Tarakan Utara dan dua kelurahan di Tarakan Tengah, yakni Juanta Kerikil dan Selumit Pantai,” jelasnya.

Dari kalkulasi dan informai yang ada BNPB mencatat lebih dari 2.000 bencana terjadi dari awal Januari hingga akhir September 2020. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor, masih dominan terjadi di wilayah nusantara. Bahaya hidrometeorologi tetap menjadi ancaman hingga akhir tahun ini. ”Data ini tercatat sejak 1 Januari hingga 29 September 2020 mencatat 99 persen bencana merupakan bencana hidrometeorologi,” jelas Raditya Jati.

Nah untuk jumlah kejadian tertinggi yakni banjir sebanyak 791 kali dan disusul kejadian bencana lainnya, antara lain puting beliung 573 kali, tanah longsor 387, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 314, gelombang pasang atau abrasi 26, kekeringan 22, gempa bumi 13 dan erupsi gunung api 5. Total jumlah bencana alam sebanyak 2.131 kejadian.

Sejumlah kejadian tersebut berdampak pada kerugian, baik korban jiwa dan harta benda. BNPB mencatat 322 orang meninggal dan hilang, 454 mengalami luka-luka dan 4.481.641 mengungsi dan terdampak akibat bencana yang terjadi. Sedangkan kerusakan infrastruktur, bencana berdampak pada kerusakan di sektor pemukiman 31.749 unit rumah, 627 fasilitas pendidikan, 653 fasilitas peribadatan dan 128 fasilitas kesehatan mengalami kerusakan akibat bencana alam.

Jumlah kejadian hingga bulan kesembilan ini turun dibandingkan pada periode waktu yang sama pada 2019 lalu. Berdasarkan data yang tercatat, jumlah bencana 2020 turun sekitar 25,1 persen dibandingkan pada tahun lalu. Persentase penurunan juga terjadi pada jumlah korban meninggal dan hilang, luka-luka, menderita dan mengungsi serta rumah rusak.

Sementara itu, dilihat per September 2020, sebanyak 196 bencana terjadi dan mengakibatkan 26 jiwa meninggal dunia. Dari jumlah kejadian, bencana yang paling sering terjadi antara lain di wilayah Provinsi Jawa Timur 49 kali, Jawa Barat 43, Kalimantan Barat 14, Sumatera Utara 10 dan Sumatera Barat 10.

Sedangkan korban meninggal sepanjang September 2020, jumlah korban diakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan angin puting beliung. Dari total 26 korban meninggal, 1 orang masih dinyatakan hilang.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah menginformasikan fenomena cuaca yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi hingga akhir tahun.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Supari menginformasikan prakiraan awal musim hujan di Oktober terjadi di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Barat.

Prakiraan tersebut untuk wilayah Sumatera, seperti di pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka dan Lampung. Wilayah Jawa diprakirakan terjadi di Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian kecil Jawa Timur.

Sumber: