Semoga Masih Waras

Semoga Masih Waras

Mungkin niatnya baik, tapi saya punya feelingniatan baik itu bisa berdampak buruk untuk jangka pendek. Lebih parah lagi, niatan baik bisa menjadi preseden buruk untuk jangka panjang. Karena niatan baik tidak dibarengi dengan pemikiran yang komplet dan mendetail. Kata pengusaha: Seperti tanpa manajemen.

Saya jadi ingat dulu ketika ditawari seorang pengusaha besar untuk memegang sebuah cabang olahraga besar di Indonesia (bukan sepak bola). Waktu itu, pengusaha besar itu bilang olahraga kita ini butuh CEO, bukan ketua umum.

Perkembangan olahraga kita, khususnya sepak bola, memang selalu bikin geleng-geleng kepala. Seorang pelatih asing yang sangat pintar (bukan dari klub saya) pernah bertanya kepada saya: "Kenapa bisa begini ya. Bukankah pemilik-pemilik klub itu orang sukses semua. Yang tahu bagaimana mencapai kesuksesan. Kenapa kok liganya bisa seperti ini?"

Ha ha ha, saya sulit menjawabnya. Karena saya sendiri merasa belum layak menjawab, merasa belum cukup teruji untuk bisa menjawabnya. Di luar meraih juara, saya baru akan merasa sukses kalau klub saya sudah sustainable, sudah matang, dan komplet struktur organisasi dan pengembangan komersialnya.

Saya tidak mau mengkritik orang kalau saya sendiri masih belum benar. Lebih baik fokus mengurus dapur sendiri daripada ikut keruwetan orang.

Meski demikian, pertanyaan pelatih asing itu benar juga. Memang ada banyak orang politik, bukan pengusaha, berada di dalam dunia sepak bola kita. Namun, ada beberapa pula pengusaha hebat ikut terjun di sepak bola kita.

Dengan berbagai ketidakpastian, dan pemaksaan di tengah ketidakpastian belakangan ini, saya jadi kembali berpikir. Saya jadi ingat ucapan Ayah saya. Ada apa dengan sepak bola kita? Yang seharusnya waras kok rasanya jadi tidak waras. Apakah saya juga sudah ikut tidak waras?

Saya mencoba menarik napas panjang. Banyak orang seharusnya marah dengan situasi ini. Begitu banyak sumber daya dihabiskan untuk hal yang tidak pasti, yang seharusnya bisa digunakan untuk kebaikan lain. Apalagi di tengah situasi pandemi (dan sebenarnya resesi) ini.

Tapi saya tidak mau marah-marah dan teriak-teriak. Tidak ada gunanya. Tidak bisa mengulang waktu. Tidak bisa mengubah situasi.

Sebagai orang baru, dan relatif masih muda, di dunia yang unik ini, saya akan berusaha positif. Saya akan berusaha selalu optimistis. Siapa tahu, teman-teman lain di dunia sepak bola ini semakin belajar untuk mengedepankan akal sehat. Pelan-pelan tidak apa-apa lah. Yang penting jangan selalu mengulangi kesalahan yang sama (walau sebenarnya mungkin sudah).

Masa depan tetap menjanjikan. Walau jalan ke sana terlalu zig-zag.

Apakah sikap saya ini menunjukkan kalau saya juga sudah tidak waras? Semoga tidak. Tuhan, tolong bantu kami. Supaya yang waras tetap waras... (azrul ananda)

Sumber: