Prabowo Tegaskan Target Zero Accident Program Makan Bergizi Gratis Jadi Investasi Besar Bagi SDM Indonesia

Prabowo Tegaskan Target Zero Accident Program Makan Bergizi Gratis Jadi Investasi Besar Bagi SDM Indonesia--
JEKTVNEWS.COM - Presiden terpilih Prabowo Subianto menegaskan pentingnya keamanan dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang akan menjadi salah satu program prioritas nasional. Dalam arahannya kepada jajaran yang terlibat, Prabowo menargetkan tidak adanya insiden keracunan atau zero accident selama distribusi makanan kepada para pelajar. Arahan tersebut disampaikan dalam kegiatan pengarahan kepada para Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), dan Badan Gizi Nasional (BGN) yang berlangsung di Hambalang, Bogor, pada Sabtu (3/5). Prabowo menekankan bahwa setiap elemen yang terlibat dalam program MBG harus bekerja dengan penuh ketelitian dan tanggung jawab.
Menurut Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, Prabowo menaruh perhatian besar terhadap program MBG. Ia menginginkan agar setiap proses, mulai dari pengadaan bahan pangan, pengolahan, hingga distribusi makanan dilakukan dengan sangat hati-hati guna menghindari potensi risiko yang bisa berdampak langsung kepada kesehatan siswa. “Insyaallah, mudah-mudahan semua pejabat dan pegawai Badan Gizi tambah semangat, para SPPI juga tambah patriotik. Target kita adalah zero accident, tidak boleh ada kejadian keracunan makanan di lapangan,” ujar Dadan mengutip pernyataan Prabowo.
BACA JUGA:Berkolaborasi Melindungi Ribuan Pekerja Rentan Melalui Program Kampung Bahagia
Bagi Prabowo, program MBG bukan sekadar program bantuan sosial, melainkan merupakan bentuk investasi jangka panjang dalam membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Dengan memberikan asupan gizi yang cukup kepada anak-anak sejak dini, diharapkan akan terbentuk generasi masa depan yang lebih sehat, kuat, dan cerdas.
Ia juga menyoroti bahwa pelaksanaan MBG bukanlah hal yang mudah, karena melibatkan berbagai pihak dan proses yang kompleks. Oleh sebab itu, akurasi, kehati-hatian, serta kerja sama yang erat antar lembaga dan pemangku kepentingan menjadi kunci utama keberhasilan program ini. “Program ini sangat strategis. Ini adalah investasi besar dalam pengembangan SDM masa depan. Namun kita juga harus paham bahwa ini program yang cukup riskan karena berkaitan langsung dengan makanan dan kesehatan anak-anak,” jelas Dadan.
BACA JUGA:Calon Jamaah Haji Batang Hari Jalani Bimbingan Manasik Haji
Dalam laporan perkembangan pelaksanaan program, Dadan mengungkapkan bahwa target awal MBG untuk menjangkau 3 juta penerima telah berhasil dicapai pada April 2025. Selanjutnya, dari bulan Mei hingga Agustus, jumlah penerima akan ditingkatkan menjadi 6 juta orang. Capaian ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengeksekusi program MBG secara bertahap namun terukur. Meski demikian, peningkatan jumlah penerima manfaat juga disertai tantangan baru, termasuk soal keamanan makanan dan kualitas pengawasan di lapangan.
Meskipun program MBG menuai banyak apresiasi karena tujuannya yang mulia, sejumlah kejadian kurang mengenakkan sempat mencoreng pelaksanaannya. Beberapa insiden keracunan makanan dilaporkan terjadi di berbagai daerah, memicu kekhawatiran masyarakat mengenai standar keamanan makanan yang disajikan.
Pada 21 April 2025, sebanyak 21 siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur, Jawa Barat, mengalami gejala pusing, mual, dan muntah usai mengonsumsi makanan MBG. Kejadian serupa terjadi di SD Negeri 33 Kasipute, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, di mana sejumlah siswa juga mengalami gejala keracunan makanan.
Di Karanganyar, Jawa Tengah, tepatnya di SD Wonorejo, beberapa murid juga mengeluhkan sakit perut setelah mengonsumsi makanan MBG yang disinyalir tidak layak makan. Pihak sekolah menyatakan bahwa kuah soto yang disajikan berbau asam dan daging ayam yang digunakan terasa hambar, indikasi bahwa makanan mungkin sudah tidak segar atau tidak dimasak dengan baik.
Kepala Dinas Kesehatan Bombana, Darwis, bahkan mempertanyakan mekanisme penyiapan makanan MBG yang mengakibatkan siswa di daerahnya mengalami gejala keracunan. Hal ini memunculkan pertanyaan besar terkait kualitas penyedia makanan dan sistem pengawasan yang dijalankan.
BACA JUGA:Manfaat Kurma! Buah Manis yang Ampuh Cegah Berbagai Penyakit
Menanggapi berbagai insiden tersebut, pemerintah melalui BGN menyatakan akan memperketat pengawasan terhadap mitra penyedia makanan dan sistem distribusi. Dadan menyebutkan bahwa semua insiden keracunan yang terjadi telah ditindaklanjuti secara cepat dan dijadikan pelajaran untuk melakukan evaluasi total terhadap mekanisme penyediaan makanan.
Menurutnya, BGN tengah menyusun panduan teknis dan standar operasional prosedur (SOP) yang lebih rinci dan ketat, termasuk syarat kelayakan dapur produksi, kompetensi tenaga masak, serta prosedur penyimpanan dan pengiriman makanan. Selain itu, pelatihan keamanan pangan bagi penyedia dan pengawas makanan juga terus ditingkatkan. “Kami menyadari tantangannya besar, tapi justru ini alasan mengapa pengawasan dan sistem kualitas harus diperkuat. Kita ingin anak-anak kita sehat, bukan malah sakit karena makanan yang seharusnya membantu tumbuh kembang mereka,” tegas Dadan.
BACA JUGA:Bingung Pilih Masker? Ini Perbedaan Sheet Mask dan Rinse-Off Mask
Dalam rangka meminimalkan risiko, pemerintah juga sedang merancang sistem monitoring digital berbasis aplikasi untuk memantau rantai distribusi makanan MBG secara real-time. Sistem ini memungkinkan pelaporan cepat apabila ditemukan indikasi masalah seperti makanan basi, proses pengantaran terlambat, hingga pengawasan suhu penyimpanan.
Pemerintah juga akan melibatkan lebih banyak tenaga pengawas lapangan dari SPPI dan SPPG untuk memastikan bahwa setiap makanan yang dibagikan telah memenuhi standar gizi dan kebersihan yang ditetapkan.
Program MBG diharapkan dapat menjadi simbol perubahan besar dalam cara negara ini memperhatikan masa depan generasinya. Tidak hanya tentang memberi makan, tapi juga menciptakan sistem perlindungan yang menyeluruh bagi tumbuh kembang anak-anak Indonesia.
Sumber: