Hari Pendidikan Nasional dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Upacara Hardiknas di Lapangan Utama Kantor Wali Kota-Jektvnews-
Beban Psikologis dan Sistem Evaluasi yang Kaku
Sistem evaluasi pendidikan yang berbasis pada ujian standar masih menjadi tekanan besar bagi siswa. Ujian nasional memang telah dihapus dan diganti dengan asesmen nasional, namun budaya belajar untuk sekadar lulus ujian masih mengakar. Hal ini menyebabkan siswa dan guru lebih fokus pada capaian akademik ketimbang pengembangan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis.
Di sisi lain, pandemi COVID-19 juga meninggalkan dampak psikologis yang besar pada peserta didik. Ketidakstabilan emosional, kecemasan, dan kehilangan minat belajar menjadi tantangan yang harus ditangani serius oleh para pendidik dan pemerintah.
Harapan dan Jalan Keluar
Meski tantangan masih banyak, bukan berarti pendidikan di Indonesia tidak mengalami kemajuan. Pemerintah dan berbagai pihak terus melakukan reformasi, seperti merdeka belajar, asesmen nasional berbasis literasi dan numerasi, serta digitalisasi sekolah. Namun, reformasi ini harus disertai dengan pengawasan yang ketat, pelatihan guru yang berkelanjutan, dan keterlibatan masyarakat secara aktif.
Masyarakat, orang tua, dan lembaga non-pemerintah juga harus ikut ambil bagian dalam memperbaiki sistem pendidikan. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama.
Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi momentum bukan hanya untuk mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara, tetapi juga untuk merenungkan apakah kita telah benar-benar meneruskan perjuangannya. Pendidikan bukan sekadar mengejar angka-angka nilai, tetapi tentang menumbuhkan manusia yang utuh: cerdas, berkarakter, dan mampu menjadi warga negara yang aktif serta produktif.
Sumber: