Filsafat Teras: Menemukan Kedamaian di Tengah Kegelisahan Zaman

Filsafat Teras: Menemukan Kedamaian di Tengah Kegelisahan Zaman

Filosofi Teras -Ist/ Jektvnews-

Salah satu praktik penting dalam filsafat teras adalah refleksi harian—merenungkan apa yang telah dilakukan hari itu, kesalahan yang diperbuat, dan bagaimana bisa lebih baik besok. Praktik ini melatih kesadaran diri (self-awareness) dan pertumbuhan pribadi yang berkelanjutan.

Filsafat Teras di Indonesia

Gerakan filsafat teras menjadi populer di Indonesia sejak terbitnya buku Henry Manampiring. Sejak itu, muncul komunitas-komunitas diskusi yang membahas Stoisisme dalam konteks lokal. Media sosial pun menjadi sarana penyebaran kutipan-kutipan Stoik yang membumi, yang menumbuhkan minat generasi muda terhadap filsafat praktis ini.

Menariknya, kehadiran filsafat teras di Indonesia juga membuktikan bahwa nilai-nilai kebijaksanaan lintas zaman dan budaya tetap bisa menyatu dengan nilai lokal. Banyak yang menemukan resonansi ajaran Stoik dengan nilai-nilai seperti ketabahan, keikhlasan, dan hidup sederhana yang juga dijunjung dalam budaya Nusantara.

Penutup

Filsafat teras bukan sekadar tren, melainkan sebuah cara hidup yang membumi namun membebaskan. Ia mengajak kita untuk tidak larut dalam arus emosi, tidak dikendalikan oleh dunia luar, dan tetap teguh di tengah badai kehidupan. Dalam dunia yang bising dan penuh distraksi, filsafat teras menawarkan keheningan yang menyembuhkan.

Barangkali, seperti yang dikatakan Marcus Aurelius: “Kebahagiaan hidup tergantung pada kualitas pikiranmu.” Dan filsafat teras hadir untuk membantu kita menjaga kualitas pikiran itu.

Sumber: