Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ditopang Data Ekonomi AS yang Positif

Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ditopang Data Ekonomi AS yang Positif

Melemah di Awal Pekan, Nilai Tukar Rupiah Rp15.549 per Dolar AS--

JEKTVNEWS.COM - Nilai tukar rupiah tercatat berada di posisi Rp15.927 per dolar AS pada pagi ini, dengan penurunan sebesar 7,5 poin atau 0,05 persen dari posisi sebelumnya. Sementara mayoritas mata uang di kawasan Asia bergerak di zona hijau, menunjukkan tren positif. Baht Thailand menguat sebesar 0,05 persen, yen Jepang naik 0,03 persen, ringgit Malaysia menguat 0,2 persen, dan dolar Hong Kong mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. Korea Selatan juga melihat kenaikan, di mana won Korea Selatan menguat sebesar 0,34 persen, peso Filipina naik 0,2 persen, dan yuan China naik 0,01 persen. Di sisi lain, dolar Singapura dan rupee India masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,05 persen.

BACA JUGA:Sri Mulyani Sebut Situasi Konflik Israel-Hamas Mempengaruhi Harga Minyak dan Gas Dunia

Namun, di pasar mata uang negara maju mayoritas bergerak di zona merah. Poundsterling Inggris melemah 0,03 persen, franc Swiss turun 0,08 persen, dan Euro Eropa mengalami penurunan 0,08 persen. Sementara itu, dolar Australia dan dolar Kanada menguat masing-masing sebesar 0,13 persen dan 0,04 persen. Analis DCFX Futures, Lukman Leong, memproyeksikan bahwa rupiah akan melemah dalam sesi perdagangan hari ini. Penyebab utama adalah data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan yang positif, mengakibatkan penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Dalam keterangannya ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi AS yang positif tercermin dari data ekonomi kuartal III, yang membuat dolar AS menguat terhadap mata uang asing lainnya.

BACA JUGA:IHSG Diproyeksi Menguat Namun Berisiko Melemah

Berdasarkan sentimen tersebut, Lukman memproyeksikan bahwa rupiah kemungkinan akan bergerak dalam kisaran Rp15.850 hingga Rp16.000 per dolar AS pada hari ini. Meskipun rupiah mengalami tekanan, pergerakan mata uang di Asia yang mayoritas menguat menunjukkan potensi pemulihan di kawasan ini, tetapi perlu tetap waspada terhadap fluktuasi mata uang global yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri.

Sumber: