Jangan Sampai Ada Gesekan, Persaingan Transportasi Online dan Konvensional
Pemerintah Harus Buat Regulasi
JAMBI - Gesekan antara transportasi online dan transportasi konvensional di Kota Jambi memang belum benar-benar terjadi. Namun demikian, benih-benih itu mulai muncul, terutama di wilayah-wilayah publik.
Ini tentu harus menjadi perhatian serius Pemkot Jambi dan juga Pemprov Jambi serta pihak terkait lainnya. Pasalnya, jika ini tidak diantisipasi secara cepat, dikhwatirkan bisa benar-benar terjadi.
Ketua Komisi III DPRD Kota Jambi Junedi Singarimbun juga mengaku sudah mengetahui adanya hal tersebut. ‘’Tapi sepertinya pemerintah mau ngurus kalau sudah besar. Kalau belum besar masih dibiarkan,’‘ katanya.
Junedi justru mengaku sudah mendapat laporan dan melihat adanya gesekan transportasi online di Bandara Sulthan Thaha Jambi. ‘‘Di Bandara sudah banyak tu,’‘ imbuhnya.
Seharusnya, sebut dia, Kota Jambi bisa mencontoh daerah lain, ada kebijakan yang dibuat Pemerintah untuk mengatur masalah tersebut. ‘‘Memang berkembangnya teknologi, tak bisa kita pungkiri. Tapi harus diatur,’‘ sebutnya.
Pernyataan Junedi ini juga diperkuat oleh AA, salah satu warga Kota Jambi. Ia mengaku beberapa hari lalu pernah dicegat oleh pengemudi konvensional saat berada di Bandara Sultan Thaha Jambi.
Menurut pengakuan AA, saat itu ia bersama keluarga akan menjemput saudaranya di bandara. Namun saat ia hendak menurunkan keluarganya dari dalam mobil, ia langsung dihampiri oleh beberapa supir taksi konvensional tanpa seragam.
‘‘Lagi mau nurunin istri dan anak dari dalam mobil tiba-tiba datanglah supir taksi ini, marah-marah dan ngira saya ini supir taksi online karena saat itu saya kebetulan sedang telponan. Mereka mengira saya telponan dengan calon penumpang. Melihat pakaiannya, sepertinya mereka bukan taksi konvensional resmi tapi taksi gelap karena nggak berseragam,’‘ ungkapnya.
Ia mengakui bahwa sempat cekcok mulut bersama para supir taksi yang mendatanginya tersebut. Namun setelah dijelaskan akhirnya para supir tersebut pergi. AA menjelaskan, dari perbincangannya bersama supir taksi yang menghampiranya tersebut beberapa dari mereka mengakui sejak maraknya taksi online mereka kesulitan mendapatkan penumpang. Para penumpang lebih memilih menggunakan transportasi online.
‘‘Dari mereka saya dengar kalau sejak ada transportasi online mereka sepi penumpang. Banyak yang milih pakai transportasi online. Makanya mereka larang transportasi online masuk ke bandara,’‘ terangnya.
Koordinator Taksi Ceria Jambi Sandri Yutardi mengatakan, keberadaan moda tranportasi online seperti Uber dan Go-kar mempengaruhi pendapatan mereka selaku penyedia moda tranportasi konvensional. Bahkan keberadaan mereka mengurangi pendapatan hingga 50 persen.
Ia mengakui kebutuhan transportasi yang cepat dan murah memang menjadi kebutuhan masyarakat. Selain itu mereka juga tidak bisa melakukan penolakan. Melakukan penolakan pilihan dikembalikan kepada masyarakat karena mereka merupakan konsumen.
‘‘Mau tidak mau kita yang harus menyesuaikan diri dan beralih ke digitalisasi,’‘ katanya.
Sumber: