Minyak Dunia Anjlok, Harga BBM Harusnya Turun
JAKARTA – Penurunan harga minyak dunia yang secara signifikan belakangan ini seharusnya juga diikuti penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh PT Pertamina (Persero).
Seperti diketahui, pada Senin (9/3) pukul 16.50 WIB, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di New York Mercantile Exchange (Nymex) anjlok sebesar 20,54 persen ke level USD32,80 per barel. Sedangkan, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures terkoreksi 19,35 persen ke level USD36,51 per barel.
Dalam keterangan tertulisnya, kemarin (9/3), Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, dengan kondisi harga minyak dunia saat ini, seharusnya Pertamina segera menurunkan semua harga BBM, baik harga BBM non-subsidi maupun harga BBM subsidi.
“Pertamina jangan hanya menaikkan harga BBM pada saat harga minyak dunia naik, tapi juga mesti menurunkan harga BBM ketika harga minyak dunia turun,” ujar dia.
Penurunan harga minyak global yang cukup dalam, lanjut dia, juga berpotensi memangkas marjin perusahaan-perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Bahkan, kata dia, KKKS terancam menanggung kerugian jika harga minyak dunia terus bertengger di kisaran USD30 per barel.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, penurunan harga minyak global bisa menekan beban impor minyak Indonesia. “Seperti kita ketahui, impor minyak kita selama ini besar, penurunan harga minyak ini bisa menjadi penurunan beban Pertamina untuk impor. Apakah ini jangka pendek atau panjang itu masih akan dilihat,” kata Sri Mulyani, di Jakarta, Senin (9/3).
Menurut bendahara negara itu, turunnya harga minyak bisa menjadi stimulus bagi dunia usaha karena perekonomian global yang tengah tertekan akibat wabah virus corona tidak lagi dibebani oleh harga minyak yang tinggi.
Kendati demikian, lanjut dia, dari sisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) penurunan harga minyak dunia bakal berpengaruh pada penerimaan yang bersumber dari minyak seperti Pajak Penghasilan (PPh) Migas dan PNBP SDA Migas. “Harga minyak sudah beberapa kali berada di bawah asumsi APBN, ke depan masih akan dilihat,” ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Namun Sri Mulyani enggan berkomentar apakah penurunan minyak dunia bakal berdampak pada penerimaan dan postur APBN 2020 secara keseluruhan atau tidak. Akan tetapi yang pasti, pemerintah akan memberikan stimulus terkait penurunan minyak dunia maupun dampak wabah virus corona terhadap ekonomi nasional.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai penyebab harga minyak dunia anjlok lantaran terjadinya perubahan globalisasi yang begitu cepat. “Harga minyak turun dari sekitar 60 menjadi USD30 (per barel). Ini lah contoh-contoh bahwa menurunnya globalisasi begitu cepat,” kata Perry.
Di menjelaskan, perubahan globalisasi yang sangat cepat juga tercermin dalam perekonomian dunia. Pada awal tahun sempat ada harapan disebabkan oleh meredanya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Cina. Namun kemudian, melemah akibat penyebaran virus corona.
“Globalisasi sudah kita pahami, perang dagang di awal Februari ada secercah harapan, ada sinar sedikit merebak seperti pelangi, tapi begitu baru muncul dan redup kembali karena corona virus dan sekarang corona virus menyebar ke AS, Italia, hingga Prancis,” tutur dia.
Oleh karena itu, menurut dia, untuk menghadapi perubahan globalisasi yang semakin cepat dibutuhkan tiga kunci penting, yakni sinergi, transformasi dan inovasi. “Menerapkan tiga kunci, yakni sinergi, transformasi dan inovasi, these the key riset,” pungkasnya.(din/fin)
Sumber: