JEKTVNEWS.COM - Jenang merupakan salah satu makanan tradisional khas masyarakat Suku Jawa, makanan berbahan dasar santan kelapa dan gula merah ini juga disebut dodol.
Namun, masyarakat suku Jawa dalam kesehariannya menyebut kue tersebut adalah Jenang. Kue Jenang bertekstur kenyal dan rasanya sangat manis sehingga sangat diminati oleh semua kalangan. Kue ini dibuat hanya pada saat tertentu saja misalnya acara pernikahan, khitanan dan hari raya idul fitri saja.
Kemudian, Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Jenang sebenarnya cukup simpel diantaranya santan kelapa, gula merah, gula pasir, tepung ketan, jahe, dan garam. Biasanya kue ini dimasak dalam porsi besar dikarenakan dibuat untuk disajikan pada acara-acara besar.
BACA JUGA:Skema Lalu Lintas Jelang Laga Indonesia vs Argentina
Peralatan yang digunakan saat memasak pun menggunakan tungku yang dibuat menggunakan 3 buah pangkal pisang yang sama besar yang diletakkan di tiga sisinya, selain itu kuali yang digunakan juga sangat besar dengan diameter ± 1,5 meter, dan 2 buah kayu yang pada ujungnya seperti dayung yang digunakan untuk mengaduk.
Dalam tahapan pembuatannya kue Jenang melewati proses yang sangat panjang dan memakan waktu kurang lebih 6-8 jam dan selama proses tersebut Jenang harus diaduk tanpa henti hingga santan menjadi berwarna cokelat dan teksturnya kenyal.
Sedangkan, dari proses persiapan bahan-bahannya hingga kue tersebut matang dan siap disajikan membutuhkan waktu sehari penuh.
Oleh sebab itu dalam pembuatan kue ini hanya dilakukan oleh para pria dikarenakan dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan kekuatan yang sangat besar untuk mengaduk adonan santan hingga menjadi Jenang. Dalam proses pembuatan kue ini dibutuhkan kerja sama, kekompakan, kesabaran, dan ketelatenan.
BACA JUGA:Ketahui Manfaat Teknologi Jika Digunakan Secara Positif oleh Manusia
Persiapan bahan dari pembuatan tungku masak, pengupasan kelapa, persiapan bahan-bahan campuran, hingga proses pengadukan yang harus dilakukan terus-menerus dengan ritme adukan yang stabil agar matang merata seluruhnya dilakukan bersama-sama dan saling bergantian, aktivitas tersebut juga memperlihatkan sikap gotong royong antar masyarakat.
Harus adanya kesabaran dalam mempersiapkan bahannya satu-persatu sampai dengan proses memasaknya yang membuthkan waktu berjam-jam dan ketelatenan dalam proses pengadukan secara manual serta api yang harus selalu stabil.
Namun, sangat disayangkan saat ini cukup sulit menemukan sajian kue ini pada acara-acara tertentu pada masyarakat transmigrasi Suku Jawa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.
BACA JUGA:5 Manfaat Mandi di Pagi Hari, No 1 Melancarkan Peredaran Darah
Dikarenakan proses memasaknya yang cukup rumit dan membutuhkan waktu cukup lama sehingga masyarakat enggan untuk menjadikan kue ini sebagai sajian wajib dan menggantikan dengan kue-kue yang lebih praktis dalam pembuatannya.