jektvnews.com - Pada masa revolusi Indonesia seluruh rakyat dipanggil untuk membela negara. Pasukan TNI dan organisasi laskar-laskar bersenjata ikut terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga : sejarah awal perayaan cap go meh dan awal mula cap go meh di indonesia
Salah satunya Pasukan Laskar Selempang Merah Front Tungkal area Jambi, dimana pada tanggal 12 Januari Tahun 1949 Belanda yang bersenjatakan meriam dan mortir menembaki dan membardir kota Kuala Tungkal.
Pada saat itu, kota Kuala Tungkal diduduki pasukan Belanda, hal ini membuat masyarakat sekitar menjadi sangat resah, sehingga muncul gagasan dari para tokoh masyarakat parit selamat untuk membentuk front perjuangan, tepat di tanggal 25 Januari 1949 dibentuklah front rimba yang diketuai H Syamsudin Penghulu Tungkal III.
Dalam perjuangannya, kelompok tersebut juga membentuk Pasukan Hizbullah selempang merah yang berasaskan amalan syariat Islam dengan menyebut " Ya Dzal Jalali WAL Ikram", yakni artinya memohon agar dapat melihat jalan keluar, kegembiraan, dan ketenangan.
Peperangan besar- besaran selama kurun waktu dari bulan
Januari hingga Februari 1949.
Tutur seorang perwira yang hadir pada salah satu serangan “mereka
datang bergelombang berjalan di bawah jeritan neraka (dentuman peluru). Banyak menggunakan
selempang merah di sekitar tubuhnya, sambil membaca ayat-ayat al-Qur’an.
Baca Juga : pakaian tentara pelajar jambi di masa mempertahankan kemerdekaan indonesia
Kebanyakan mereka bersenjata, beberapa orang di antara mereka bersenjata api yang juga dilengkapi klewang.
Sewaktu mundur ke kano, mereka tampaknya berpikir, untuk menjadi kebal. “Saat itu lima tantara tewas
dalam serangan dan enamluka- luka. Mengenai hal tersebut sebagaimana tertulis (terekam) pada
sebuah artikel dalam koran Belanda yang berjudul “De Rode Sjerp” tanggal 19 Mei
Baca Juga : 6 rumah tradisional di wilayah sumatera sudah bisa dikunjungi hanya menempuh waktu 5 jam
Salah satu atribut yang digunakan oleh Pasukan Selempang Merah dalam menghadapi pasukan tentara Belanda yang datang ke kota Kuala Tungkal ialah Baju Rajah.
"Baju rajah ialah milik Ibrahim bin Abdul Gani atau biasa disebut Datuk Ahim. Beliau tinggal di Desa Parit Deli Kuala Tungkal," kata Ujang Hariadi selaku pemerhati Sejarah, saat ditemui oleh Jektvnews di Museum Perjuangan Rakyat Jambi.