Pria Tua di Seberang Jalanan

Senin 27-09-2021,12:25 WIB
Reporter : Raa Tsania

JEKTV.CO.ID - Pada dini hari pukul 3 pagi. Kupandang begitu lekat, pria tua itu tak sedikitpun beranjak.

Pria diseberang jalan itu masih tetap berada disana, ditempat yang sama. Duduk di kursi tepian jalanan, seorang diri.

Semilir angin dingin dini hari terus menerus melintas, tetap tak dihiraukannya.

“Apa itu menyerah? Aku hanya tahu apa itu menunggu.” Katanya,

Ia menunggu sesuatu yang tak kunjung—bahkan tak pasti akan pulang.

Selalu kulihat dirinya disana, setiap waktu. Ia tak kunjung beranjak dari tempatnya barang sedetik saja, terkecuali jika dirinya benar benar terdesak harus kembali.

Lalu kemarin, saat petang lalu, ia melintas dan akhirnya menyebrang setelah berbulan bulan lamanya tak beranjak kemanapun selain ditempat itu lalu pulang.

Aku selalu melihatnya, bukan mengawasi dengan alasan, namun apapun pergerakannya selalu masuk dalam pandanganku dikarenakan toko kue kecil milikku langsung berhadapan dengan kursi lintas seberang jalanan. Pemandangan yang menembus jendela kaca ruangan.

Mau tak mau, harus selalu melihatnya apapun yang kulakukan.

Bahkan sudah kuhafal diluar kepala bagaimana bentuk wajah dan pakaian sehari hari yang dipakainya, juga pergerakan paling sering yang dilakukannya walau hanya dapat memperhatikan dari jauh.

Aku ingin bertanya, mengajaknya mengobrol, namun merasa begitu tak enak hati.

Hingga kembali pada kisah petang lalu, aku cukup terkejut karena pada akhirnya ia memilih untuk menyebrang, menekan bel toko, dan mampir ke toko kue milikku. Tersenyum hangat seolah tak peduli dengan tatapan bingung orang orang yang biasanya selalu melihatnya ditempat yang sama.

Pedagang pinggir jalan maupun beberapa pejalan kaki yang selalu melewati lintas yang sama lainnya tak jarang mendekati dan mengajaknya berbicara, atau menyapanya dengan ramah. Cukup banyak jika kuperhatikan dalam beberapa bulan terakhir, namun tak seorangpun pernah berhasil membawanya beranjak kembali pulang sebelum pukul 3 pagi.

Beberapa orang tak peduli, beberapanya khawatir. Namun sempat kudengar, ia pernah menjawab seseorang yang bertanya dan menawarkan bantuan padanya dengan senyum yang hangat. “Janganlah khawatirkan pria tua ini, lanjutkanlah perjalananmu. Ia hanya ingin menunggu.”

Petang kemarin, ia beranjak selain pukul 3 pagi untuk pulang. Ia mengahampiri toko kue ku dan membeli sepotong roti, roti yang baru selesai kupanggang. Dengan asap yang masih mengepul, ia memilih itu. Roti paling rapi yang kutata petang ini.

Tags :
Kategori :

Terkait