JEKTV.CO.ID - "Kalau sekolah di luar rimbo, susah anak kami bepak, kami kalau bulih minta sekolahnya di dalam rimba tempat kami (kalau sekolah di luar rimba, susah anak kami bapak, kami kalau boleh minta sekolahnya di dalam rimba tempat kami)," Tungganai Basemen dalam dialog kunjungan Menteri Nadiem dengan anak-anak Rimba di Bukit Suban pada (21/9/2021).
Menteri Nadiem, begitulah sebutannya sebagai salah satu Menteri Pendidikan yang dikenal dengan berbagai inovasi dan kreatifitasnya. Apalagi pak Nadiem berada pada tantangan pendidikan yang tidak hanya dalam masa transisi dengan sistem yang mencoba beradapatsi dengan situasi pandemic covid 19. Meski dua tahun berlalu, namun sistem pendidikan masih memadukan pola dan sistem yang mudah dilakukan dengan memanfaatkan platform digital.
Platform digital merupakan platform berbasis internet yang saat ini dirasakan menjadi bagian penting dari pengembangan pendidikan. Bagaimana tidak? Platform ini begitu menjamur dengan ditandainya pengguna internet yang semakin tinggimencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini menurut data Kominfo (2020) meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada 2020. Jika dibandingkan dengan total 274,9 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia, ini artinyapenetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen.Sedangkan usia 16 hingga 64 tahun merupakan pengguna aktif dengan jumlah telephone genggam 98,3% dari 195,3 juta.
Tentu saja ini menjadi market yang sangat penting posisinya dalam mengatur strategi pasar dalam pola digitalisasi. Tak hanya secara struktur ekonomi yang kemudian berubah, namun juga pola pergaulan social, pendidikan juga turut berubah sesuai dengan kebutuhan. Digital menjadi pilihan paling praktis dan bisa menghubungkan berbagai sector. Hal ini diakui sebagai over the top, pada saat pandemi dan sangat signifikan ke sektor pendidikan seperti Work From Home, Fleksibel Working Space, dan conference.
Makna ‘Hutan’ bagi Pendidikan Orang Rimba di Jambi
Jambi, sebagai salah satu provinsi yang memiliki keistimewaan khusus. Bagaimana tidak, memiliki 4 Taman Nasional, diantaranya Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dan Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS). Du ataman nasional (TNBD dan TNBT) bahkan secara khusus memiliki keistimewaan sendiri, yakni sebagai tempat hidup dan penghidupan Orang Rimba atau dikenal dengan Suku Anak Dalam (SAD), yang saat ini jumlahnya mencapai sekitar 6.000 jiwa pada 2021 di 5 Kabupaten (Batanghari, Sarolangun, Merangin, Muaro Bungo ,dan Tebo).
Dalam konteks ini, sumber daya alam posisinya menjadi bagian penting dari keberadaan Orang Rimba. Penggeris atau Sentubung, misalnya sebagai salah satu penanda kelahiran atau seperti akta lahir, adalah salah satu keberadaan pohon yang penting keberadaannya di dalam area ini. Belum lagi berbagai pilihan sumber penghidupan yang menjadi tumpuan seperti Jernang (dragon bloods),Petai, Jengkol, berbagai jenis umbi-umbian yang menjadi sumber makanan pokok. Durian hutan, rambusa hingga berbagai jenis ikan juga menjadi sumber protein yang tersedia di alam. Kesederhanaan inilah yang menjadikan hutan sebagai rumah bagi Orang Rimba atau SAD termasuk dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan.
Dalam hal pendidikan, hutan merupakan kebutuhan dasar bagi Orang Rimba. Alam secara konteksnya menyediakan pembelajaran serta tradisi secara langsung, mulai dari memahami sumber makanan, menjaga ketersediaan penghidupan, bahkan memahami satu persatu jenis pohon, tanaman, mengenali fungsinya, manfaat yang terkandung didalamnya. Bahkan satu pohon dengan beberapa spesies yang bermanfaat juga menjadi pengetahuan khusus dalam dunia pendidikan bagi Orang Rimba yang mereka lestarikan. Sehingga menjadi sangat relevan jika jargon ‘merdeka belajar’ oleh Pak Menteri Nadiem dikatakan, merupakan hak dasar yang harus dipenuhi, dan harus didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Bahkan hutan harus tetap terjaga untuk tetap teduh dan menjadi tempat aman belajar tanpa harus merasa takut kehilangan akan kerusakan hutan.
Transformasi Digitalisasi Pendidikan di Jambi
Fenomena pandemi Covid-19 membuka mata ke semua dunia bahwa perubahan tidak bisa dielakkan. Terutama perubahan dunia digital yang selama pandemi ini telah merambah kedunia pendidikan yang segalanya menngunakan sarana digital.Online learning disebut sebagai pembelajaran yang ‘using online tools for learning’ mencakup e-learning dan blended learning. Istilah digital learning mencakup makna lebih luas yaitu mencakup semua istilah pembelajaran yang menggunakan online tools dan digital, baik digital online maupun off-line.
Berkaitan dengan transformasi digitalisasi pendidikan, secara umum Pak Menteri Nadiem juga menerapkan berbagai inovasi, termasuk bagaimana kreatifitas guru dalam hal ini dituntut untuk membuat content creative dalam hal pendidikan. Distance and e-Learning (ISODEL) yang kemudian menjadi pilihan dalam strategi pendidikan, harus menyentuh 4 sisi, yakni: Pertama, siswa tidak hanya disiapkan dalam penguasaan Information Technology (IT).Kedua, pola pikir (mindset) guru juga perlu diubah untuk beradaptasi dengan TIK dalam pembelajaran. Ketiga, sekolah juga harus memanfaatkan IT mulai dari input, yakni penerimaan siswa baru, proses belajar, dan evaluasi. Keempat, perlu penyesuaian kurikulum.
Hal ini tentu sangat mendasar, mengingat manusia sebagai subjek atau pelaku utama dalam perkembangan peradaban perlu beradaptasi dengan perubahan lingkungan di sekitarnya. Guru, pelajar, pemerintah maupun pihak-pihak terkait dengan sektor pendidikan perlu merubah pola pikirnya ke arah problem solving bukan lagi sekedar surviving secara tradisional.Sebab tanpa adanya revolusi mindset di dunia pendidikan, transformasi dunia pendidikan hanya akan menghasilkan hewan cerdas yang pintar dalam menggunakan teknologi canggih.
Jambi, sebagai salah satu provinsi dengan pengguna internet di kalangan pembelajar dan millennials termasuk teman-teman kita yang ada di Rimba, 42, 68% (BPS Provinsi Jambi, 2019). Data ini tentu saja akan mengalami pertumbuhan seiring dengan pola digitalisasi yang terus berkembang. Di beberapa sekolah di Jambi, internet sudah menjadi bagian urgent yang harus dipenuhi. Tidak hanya dari peran guru namun juga peran peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah serta dapat berfikir secara analitis melalui platform pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
Secara umum proses digitalisasi pendidikan khususnya di Jambi harus dilakukan dengan beberapa hal berikut dalam mendorong percepatan atau akselerasi secara resolutif, diantaranya: Pertama,dapat mengatasi kendala maupun masalah yang saat ini dialami oleh anak usia sekolah dengan keterbatasan kondisi fisik.Kedua,dengan terdigitalisasinya dunia pendidikan, lembaga pendidikan bukan lagi menjadi pabrik yang mencetak pengetahuan dengan produksi massal. Materi pendidikan yang disampaikan harus disesuaikan dengan minat dan bakat pelajar.Hal ini bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan dengan bantuan teknologi yang ada sekarang, seperti yang telah umum dilakukan saat ini pada dunia digital marketing.Ketiga,cost efficiency juga menjadi pilihan dalam dunia digitalisasi pendidikan, akan tetapi catatannya adalah bagaimana tetap mengedepankan kualitas pendidikan melalui media atau platform yang ada. Keempat, proses pendidikan harus dapat mengatasi kendala geografis wilayah, contoh bagaimana wilayah pedalaman Orang Rimba di Jambi misalnya mampu dijangkau dengan memanfaatkan platform ini. Kelima, memastikan keamanan infrastruktur digital dari heacker atau oknum yang tidak bertanggungjawab.