Pandemi Bagi yang Belum Divaksin

Rabu 21-07-2021,09:58 WIB

Menurut perhitungan Prof Matt Keeling dari University of Warwick, juga via BBC, ketika kasus "memuncak" lagi di tengah musim panas ini, jumlah pasien yang harus ke rumah sakit "hanya" akan mencapai angka 1.000 sampai 2.000 per hari. Bukan beban menakutkan untuk sistem mereka. Sebagai perbandingan, musim dingin lalu jumlahnya mencapai 4.000 sehari!

Senang ya melihat pemerintah yang mengedepankan sains seperti itu. Sejak awal ngebut program vaksin. Sekarang mereka sudah memasuki fase recoveryRoad map-nya sudah jelas. Walau masih belum tentu sukses 100 persen, tapi arahnya sudah jelas, jalannya sudah jelas, cahaya di ujung terowongannya sudah terang benderang.

Menyeberang lagi ke Amerika, kampanye vaksin terus digenjot oleh pemerintahnya. Sekarang, Presiden Joe Biden dan jajarannya mengarahkan "serangan" ke perusahaan-perusahaan teknologi, khususnya media sosial. Karena mereka dianggap membantu "membunuh" banyak orang, dengan membiarkan berita-berita hoax dan info-info menyesatkan berkeliaran.

Walau jumlah vaksinasi di Amerika sudah masif, Biden cs masih kerja keras mengkampanyekan untuk lebih cepat lagi. Dr. Anthony Fauci, pimpinan National Institute of Allergy and Infectious Diseases, sekarang sudah menjadi pahlawan di Negeri Paman Sam. Berkat arahannya, dan kepercayaan pemerintah pada sains, Amerika pun terus melangkah mantap meninggalkan pandemi ini.

Fauci baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang tajam pula, via CNN. Dia bilang, seandainya dari dulu media sosial ada, maka kita sampai hari ini mungkin masih berkutat melawan cacar dan polio. "Kita mungkin masih berjuang melawan polio di negara ini kalau begitu banyak informasi salah beredar seperti sekarang ini," ujarnya.

Saat ini, karena "Delta Force," memang ada kenaikan kasus di Amerika. Tapi kalau dipetakan, daerah yang parah jelas. Yaitu Missouri dan Arkansas, dua negara bagian yang angka vaksinasinya termasuk paling rendah di Amerika.

Belajar dari negara-negara itu, memang tidak akan ada jalan lain menuju akhir pandemi ini. Saat ini hanya vaksinasi secepat mungkin, sebanyak mungkin. Karena pada dasarnya, "pandemi"-nya sudah berubah.

Menurut juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, hampir semua orang yang masuk rumah sakit dan meninggal karena virus ini adalah mereka yang belum divaksinasi. "Ini telah berubah menjadi pandemi untuk mereka yang belum divaksinasi," begitu ucapnya.

Pembaca yang rutin mengikuti catatan saya ini mungkin sudah tahu, saya baru-baru ini juga "kena lotere." (Baca: Saya Positif). Saya dan sekelompok teman sepeda bersamaan sempat positif. Dan kalau melihat, kami yang relatif tanpa gejala dan cepat pulih adalah yang sudah divaksin komplet. Yang belum, sembuhnya lebih lama, gejalanya lebih berat, bahkan ada yang harus sampai membutuhkan oksigan beberapa hari di rumah sakit. Semuanya adalah orang-orang yang fit, yang kuat berolahraga. Tapi yang belum vaksin tetap yang lebih parah.

Bagi saya, itu sudah bukti langsung, kuncinya memang vaksin. Ini benar-benar pandemi untuk yang belum divaksin.

Apesnya Indonesia, negara kita ini sedang balapan serius. Adu cepat menyuntik vaksin melawan penyebaran virusnya. Di tengah sistem yang seolah acak aduk, komando yang banyak kepala, dan masyarakat yang seolah lebih pintar beropini daripada masyarakat di negara maju.

Saat ini, penyebaran virus tampaknya merebut pole position, melejit duluan di depan. Butuh upaya dan tekad lebih untuk bisa mengejar, menempel, lalu menyalipnya...(Azrul Ananda)

CATATAN TAMBAHAN: Prancis sekarang juga bersikap lebih "keras" pada warganya yang tidak mau divaksin. Dengan mewajibkan vaksinasi sebagai syarat untuk bisa kembali menjalani hidup normal. Karena sebenarnya memang gampang: Yang tidak mau divaksin itu adalah ancaman nasional.

Foto: Eko Suswantoro Harian Disway & AFP 

Tags :
Kategori :

Terkait