TEMANGGUNG – Satu per satu fakta baru Aisyah, yang ditemukan mengering tinggal kerangka dan kulit, terus terungkap. Terbaru, orangtua Aisyah selama ini melakukan perawatan terhadap jasad anaknya yang sudah meninggal sejak empat bulan lalu.
Informasi dari sumber kepolisian, berdasarkan pengakuan Marsudi, ritual ruqyah terhadap Aisyah dilakukan pada malam hari pada Januari 2021 lalu.
Itu dilakukan atas suruhan dua dukun yang dimintai untuk menyembuhkan anaknya, Haryono dan Budiono. Dalam ritual tersebut, Aisyah ditenggelamkan di bak mandi sampai akhirnya meninggal dunia.
Tapi, kedua dukun itu menyatakan bahwa Aisyah tidak meninggal, melainkan tidak sadarkan diri. Atas suruhan dua dukun itu pula, Aisyah dibawa ke kamar untuk ditidurkan dalam keadaan sudah meninggal duni
Bocah perempuan berusia tujuh tahun itu akan bangun sendiri saat genderuwo yang merasukinya benar-benar pergi.
Sehingga, kedua orangtuanya percaya bahwa saat dibangunkan dengan bantuan dukun nantinya Aisyah tidak lagi nakal.
Dalam ritual itu, sampai Januari sampai Maret, Budiono tetap memandikan jenazah Aisyah dua kali dalam sepekan. Sedangkan sejak April sampai sekarang, sang ibu berperan membersihkan jasad Aisyah dengan menggunakan tisu.
Selama menjalani ritual itu, orang tua korban selalu merahasiakan kepada para tetangga dan famili.
Pengakuan Tetangga
Saat ini, polisi sudah memasang garis polisi di rumah Marsidi. Para tetangga pun tak pernah menduga peristiwa tragis itu terjadi di dalam rumah Marsidi dan menimpa Aisyah.
Dikuktip dari Radar Jogja (jaringan PojokSatu.id), tetangga juga membantah bahwa Aisyah adalah anak yang nakal. Namun selama ini, Aisyah dikenal sebagai anak yang sangat aktif.
Pengakuan tetangga itu berbanding terbalik dengan pengakuan orangtuanya yang menyebut Aisyah nakal. Karena itu, orangtua meminta dua dukun untuk "membersihkan" Aisyah agar tidak lagi nakal.
“Katanya kalau gak (dibersihkan), nanti kalo besar akan memalukan ortunya. Juga membuat malu Desa Bejen,” ungkap salah seorang tetangga yang tak mau disebutkan namanya.
Ia juga mengatakan, selama ini korban tidak pernah merugikan tetangga ataupun berbuat jelek. “Jadi, korban menjalani terapi ditenggelamkan di bak mandi itu tidak hanya sekali, tapi sudah beberapa kali. Kira-kira empat kali,” ungkapnya.
“Awal-awal diterapi badannya panas, baru yang terakhir pingsan dan meninggal,” jelasnya.(ruh/pojoksatu)