Empat misi itu adalah: membereskan BPJS, mengatasi stunting, menurunkan harga obat, dan melaksanakan TKDN di bidang kesehatan. "Empat-empatnya sudah beres dalam satu tahun," katanya.
Persoalan laten BPJS adalah terus menerus rugi. Triliunan rupiah pula. Terawan langsung menyelesaikannya dengan satu surat keputusan menteri kesehatan. Yakni bahwa seluruh biaya pasien Covid ditanggung pemerintah.
"BPJS langsung tidak lagi rugi. Labanya tahun lalu sekian triliun," ujar Terawan.
Bagaimana dengan misi mengatasi kekurangan gizi pada anak-anak? Juga ia menyelesaikan dengan satu surat keputusan: urusan stunting harus masuk ke dalam program BKKBN. Juga menjadi tanggung jawab baru lembaga keluarga berencana itu. "Dengan demikian masalah stunting tertangani secara permanen. Juga tertangani sejak ibu masih hamil," tambahnya.
Sedang soal menurunkan harga obat, Terawan juga menyelesaikannya dengan satu keputusan: katalog nasional. Tidak boleh lagi ada pengadaan obat secara sektoral. "Langsung harga obat turun," katanya.
Bagaimana dengan misi ke-4: capaian TKDN?
Sebelum menjawab itu Terawan tersenyum. "Soal TKDN juga sudah selesai. Yang menyelesaikan adalah Tuhan," katanya.
Maksudnya: dengan datangnya pandemi semua impor terganggu. Termasuk impor alat kesehatan. Pihak luar negeri juga sulit ekspor.
"Maka dengan sendirinya alat-alat kesehatan langsung bikinan dalam negeri semua," katanya.
Maka empat tugas pokok dari presiden sudah selesai ia jalankan. Tapi saya tidak sampai hati untuk bertanya: apakah presiden tahu semua itu.
Terawan memang percaya selalu ada campur tangan Tuhan dalam kehidupan ini. Dan ia mensyukuri itu. Sampai pun soal kenaikan pangkatnya. Yang bisa menjadi jenderal bintang tiga.
Secara keilmuan ia juga bisa menjadi doktor. Dan secara pekerjaan bisa menjadi dokter kepresidenan, kepala rumah sakit besar, dan kemudian menjadi menteri.
Semua itu karena Tuhan.
Tentu juga karena 'ada namaku di dalam doa ibuku'.