JEKTV.CO.ID - Karin dan Donwori -keduanya bukan nama sebenarnya- merupakan pasutri paruh baya. Usia Karin sudah 45 tahun, sedangkan Donwori setahun lebih tua. Sebelum memutuskan menikah, Karin sudah berstatus janda. Tumbu ketemu tutup, Donwori juga duda. Singkat kata, dua anak adam itu memutuskan menikah dengan membawa cita-cita hidup bahagia. Karin pun mengharapkan Donwori menjadi jodoh terakhirnya.
"Menua bersama,” ujar Karin di Pengadilan Agama Kelas IA Surabaya, belum lama ini. Namun, kebahagian rumah tangga Karin dengan Donwori hanya bertahan dua tahun. Sebab, Donwori memperlihatkan watak aslinya ketika umur pernikahannya menginjak tahun ketiga. "Ternyata tidak seperti pria yang saya harapkan,“ tutur Karin dengan nada menyesal.
Karin mengungkapkan bahwa Donwori suka main tangan ketika keinginannya tak dituruti. Tak jarang Karin jadi bonyok gara-gara dipukuli pria yang bekerja sebagai sales makanan itu. Walhasil, Karin tak betah lagi. Pilihannya hanya cerai.
Langkah Karin menggugat cerai bukan lantaran tak mencintai Donwori lagi. Karin sudah tak kuat lagi menjadi samsak ketika Donwori mencak-mencak.
“Kenal pertama dulu enggak kayak begitu sifatnya. Saya lihat (Donwori, red) sabar. Lah kok setelah menikah jadi kesetanan,” kata Karin. Menurut Karin, dirinya sudah berusaha bersabar. Namun, kesabaran Karin ada batasnya. Di sisi lain, Donwori makin semaunya sendiri. Di depan orang tua Karin pun Donwori sering berkata kurang sopan.
“Kalau sudah wataknya kasar, ya, susah diubah. Yang ada kalau dinasihati malah emosi,” ungkap Karin. Oleh karena itu Karin memilih bercerai. Keputusannya itu sudah melalui pertimbangan matang dan hasil berdiskusi dengan keluarga. Semula Donwori menolak diceraikan. Dia bersikukuh ingin melanjutkan pernikahannya. Akan tetapi, Karin dan keluarganya sudah tak bisa menerima Donwori yang berperangai buruk.
“Daripada saya sering dibuat sasaran tinju kalau pas (Donwori, red) marah, ya sudah, inilah jalan terbaiknya, saya akhiri saja,” tutur Karin.(Radar Surabaya)
Sumber: www.jpnn.com