Saya melihat Seno pada diri Gading. Terutama pikiran liarnya, spontanitasnya, improvisasinya, dan guyonannya.
Sebenarnya Gading belum mau tampil. Pamannyalah yang mengajari Gading satu lakon. Diam-diam. Untuk dipersembahkan di ulang tahun sang ayah.
Pertunjukan itu jadi digelar.
Tapi sang ayah tidak sempat melihatnya.(Dahlan Iskan)