Senin 16 November 2020
Oleh : Dahlan Iskan
DUNIA tidak jadi geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa satu perusahaan mendapat suntikan dana sebanyak Rp 500 triliun (USD 35 miliar) secara tiba-tiba.
Itulah dana yang akan didapat Ant Group dari pasar modal di Hongkong dan Shanghai. Belum ada dalam sejarah dunia sebuah perusahaan bisa meraup dana sebesar itu. IPO Saudi Aramco pun jauh dari itu.
Boleh dikata IPO Ant Group ini bisa disebut semut menunggang gajah.
Ant artinya memang semut. Dalam bahasa Mandarin disebut ma yi (??). Pasti, semut ini sakti sekali. Maklum, pemiliknya adalah Jack Ma. Laoban-nya Alibaba.
Dana itu menurut rencana didapat Ant Group tanggal 6 November lalu –bersamaan dengan Presiden Trump mengumumkan kemenangannya di Pilpres Amerika Serikat.
Tapi hanya dua hari sebelum itu tiba-tiba ada halilintar dari Beijing: IPO itu dilarang. Pemerintah Tiongkok tidak mengizinkannya.
Kabar yang beredar –atau sengaja diedarkan– Presiden Xi Jinping sendiri yang turun tangan.
Yaaah... Ant Group gigit jari –kalau semut itu punya jari.
Jack Ma sebagai pemilik grup semut itu tidak bisa berkomentar. Mungkin sengaja tidak mau berkomentar. Lawannya kali ini seorang presiden negara adikuasa. Budaya Timur tidak sama dengan budaya di Amerika: diam itu emas –biar pun ia sama dengan baru saja kehilangan emas 500 ton.
Memang, kalau IPO itu tidak dilarang Grup Alibaba (induk dari grup Ant) akan menjadi perusahaan terbesar di Tiongkok. Bukan saja mengalahkan semua perusahaan swasta dan BUMN –pun mengalahkan Bank of China.
Bukan hanya skala bisnisnya yang kalah tapi juga kekuasaannya di bidang keuangan.
Boleh dikata semua yang bisa dilakukan oleh bank bisa dilakukan oleh Ant Group. Bahkan yang tidak boleh dilakukan oleh bank bisa dilakukan di Ant Group. Asalkan, itu tadi, modalnya cukup –dan ia mengharapkan modal itu dari pasar modal tersebut.
Ant Group itu dulunya bernama Alipay. Ketika Alipay bisa melakukan transaksi digital pun sudah banyak bank yang ketinggalan langkah.