Sabtu 14 November 2020
Oleh : Dahlan Iskan
"SAYA tidak mengadukan beliau ke polisi," ujar Kris Suyanto, tentang mengapa Ir Ryantori sampai menjadi terdakwa. Sampai pun meninggal dunia (Disway 12 November 2020: Pasak Pendek).
Saya kenal Kris. Sesama Surabaya. Terutama karena Kris aktif menjalankan pemasaran konstruksi sarang laba-laba yang ditemukan Ir Ryantori.
Saya juga kenal Ryantori sejak saya masih wartawan muda dulu. Apalagi Ryantori menemukan teknologi konstruksi sarang laba-laba itu bersama tokoh muda PDI-Perjuangan garis keras: Ir Soetjipto. Saya sering bersama Soetjipto di awal-awal perjuangan membela Ibu Megawati Soekarno Putri dari perlakuan Orde Baru.
"Justru saya yang diadukan ke polisi oleh Ryantori. Juga digugat di pengadilan perdata," tambah Kris.
Kris kini sakit-sakitan. Sejak tiga tahun lalu. Hidupnya ditopang kursi roda di Jakarta.
Ryantori sendiri meninggal dunia minggu lalu. Itu setelah beberapa kali disidangkan di pengadilan negeri Sidoarjo sebagai terdakwa. Yakni dalam perkara pemalsuan paten penemuannya sendiri.
Lalu siapa yang mengadukan Ryantori ke polisi? Ceritanya panjang. Yang tidak mungkin saya dapatkan dalam satu hari.
Itulah sebabnya naskah Disway dua hari lalu masih menimbulkan banyak pertanyaan. Saya menyadari kekurangan itu. Banyak pembaca yang menyatakan penasaran. Bahkan seorang pembaca, wanita Disway itu, sampai mengirimkan daftar panjang pertanyaan yang belum terjawab di tulisan hari itu. Dia bertindak seperti redaktur saya yang berani memarahi wartawannya: mengapa satu tulisan masih menyisakan banyak pertanyaan seperti itu.
Ya sudah. Saya pun harus menghubungi banyak pihak.
Istri dan anak-anak Ryantori saya hubungi: tidak ada yang tahu. Ryantori memang tidak pernah melibatkan istrinya soal keruwetan di perusahaan. Dua anaknya –wanita semua– juga kurang tahu. Anak yang di Amerika itu, adik Lissy, ternyata wanita. Yang sudah 10 tahun bekerja sebagai desainer perhiasan di dekat Chicago. Lissy sendiri menjadi pelatih pilates: jauh dari urusan konstruksi.
Saya juga harus menghubungi pengacara Ryantori. Untung ketemu: ternyata Dr Siti Marwiyah SH MH. Ternyata saya kenal beliau: adik perempuan Pak Mahfud MD –Menko Polhukam. Yang juga wakil rektor I Universitas Dr Sutomo (Unitomo) Surabaya. Yang S-1 dan S-2-nya di Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja. Dan S-3-nya di Universitas Brawijaya Malang.
Saya juga harus menghubungi Hadi Waluyo, mantan partner Kris yang kini menjadi dirut di perusahaan Ryantori. Lalu menghubungi Ir Puguh, lulusan ITB yang jadi direktur di perusahaan bersama Hadi Waluyo.