DENPASAR- Meski sempat berseteru dengan Jerinx, dr Tirta memutuskan hadir dan memberikan pernyataan meringankan dalam nota pembelaan (pledoi) yang dibacakan Jerinx pada sidang di Pengadilan Negeri Denpasar, Selasa (10/11/2020)
Akibat keputusannya itu, membuat pihak lain bereaksi. Tirta mengakui dirinya ditekan karena dinilai ikut campur dalam kasus UU ITE yang menimpa Jerinx atas laporan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali tersebut, karena kata Kacung.
Namun, Tirta berusaha santai dengan tekanan, lantaran sudah diprediksinya. “Sesuai dugaan, setelah kejadian statement saya di sidang @jrxsid, saya mulai ditekan beberapa pihak teman sejawat di Bali,” ungkapnya lewat unggahan Instagramnya.
Tirta pun mengungkapkan mengapa dirinya mau datang ke Bali demi berusaha meringankan Jerinx yang telah dituntut 3 tahun penjara pada sidang sebelumnya. “Kenapa saya bicara? Jadi gini, enggak semua dokter itu berniat melaporkan Jerinx. Kita lebih fokus ngurus penyakit dan edukasi, pandemi enggak kelar kelar, apalagi dokter ngikutin sidang berjilid-jilid gini,” jelas pria yang juga relawan Covid-19 ini.
Timbulnya aduan soal “kacung”, kata Tirta yang harusnya bisa diselesaikan empat mata, terlanjur masuk jalur pengadilan pidana, di Bali. “Padahal yg melapor? Organisasi . Dan akibatnya jadi digeneralisir semua dokter yang terlibat. Trust issue ke nakes jadi turun, karena dianggap tukang lapor. Yang ngomong kacung? Tambah banyak malah. So efektif enggak? Pelaporan? Kagaklah,” tegasnya.
Dia mengatakan imbas dari pelaporan IDI Bali dirasakan semua nakes. “Hujatan demi hujatan muncul di semua akun IDI, akun dokter, padahal saksi pelapor ya cuma beberapa pihak, salah satunya ketua IDI Bali. Harusnya, Ketua IDI Bali lah, sebagai saksi pelapor, yang menjelaskan ke pers, agar tidak timbul hujatan ke seluruh nakes. Kecuali yang bersangkutan enggak main medsos, jadi enggak akan ngerti imbasnya pelaporan itu,” bebernya.
Dipahami Tirta sikap lantang ini akan mengancam karirnya di dunia medis. “Saya bersuara sangat beresiko, dan akan dipermasalahkan kode etik (ada kemungkinan). Saya dah pasrah. Jujur ya, saya enggak mau lihat medsos kawan-kawan nakes saya dihujat. Sebagian besar dokter enggak ada waktu urusin kasus “kacung” karena habisin waktu. Mending urus pasien + edukasi,” papar pria yang juga pengusaha sepatu ini.
Akibat keputusannya itu, membuat pihak lain bereaksi. Tirta mengakui dirinya ditekan karena dinilai ikut campur dalam kasus UU ITE yang menimpa Jerinx atas laporan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali tersebut, karena kata Kacung.
Namun, Tirta berusaha santai dengan tekanan, lantaran sudah diprediksinya. “Sesuai dugaan, setelah kejadian statement saya di sidang @jrxsid, saya mulai ditekan beberapa pihak teman sejawat di Bali,” ungkapnya lewat unggahan Instagramnya.
Tirta pun mengungkapkan mengapa dirinya mau datang ke Bali demi berusaha meringankan Jerinx yang telah dituntut 3 tahun penjara pada sidang sebelumnya. “Kenapa saya bicara? Jadi gini, enggak semua dokter itu berniat melaporkan Jerinx. Kita lebih fokus ngurus penyakit dan edukasi, pandemi enggak kelar kelar, apalagi dokter ngikutin sidang berjilid-jilid gini,” jelas pria yang juga relawan Covid-19 ini.
Timbulnya aduan soal “kacung”, kata Tirta yang harusnya bisa diselesaikan empat mata, terlanjur masuk jalur pengadilan pidana, di Bali. “Padahal yg melapor? Organisasi . Dan akibatnya jadi digeneralisir semua dokter yang terlibat. Trust issue ke nakes jadi turun, karena dianggap tukang lapor. Yang ngomong kacung? Tambah banyak malah. So efektif enggak? Pelaporan? Kagaklah,” tegasnya.
Dia mengatakan imbas dari pelaporan IDI Bali dirasakan semua nakes. “Hujatan demi hujatan muncul di semua akun IDI, akun dokter, padahal saksi pelapor ya cuma beberapa pihak, salah satunya ketua IDI Bali. Harusnya, Ketua IDI Bali lah, sebagai saksi pelapor, yang menjelaskan ke pers, agar tidak timbul hujatan ke seluruh nakes. Kecuali yang bersangkutan enggak main medsos, jadi enggak akan ngerti imbasnya pelaporan itu,” bebernya.
Dipahami Tirta sikap lantang ini akan mengancam karirnya di dunia medis. “Saya bersuara sangat beresiko, dan akan dipermasalahkan kode etik (ada kemungkinan). Saya dah pasrah. Jujur ya, saya enggak mau lihat medsos kawan-kawan nakes saya dihujat. Sebagian besar dokter enggak ada waktu urusin kasus “kacung” karena habisin waktu. Mending urus pasien + edukasi,” papar pria yang juga pengusaha sepatu ini.
“Saya enggak memaksa dokter lain bersuara. Tapi yang jelas, saya enggak mau teman saya yang enggak tau apa-apa, kena imbas pelaporan Jerinx . Harusnya jalur itu mediasi, baru litigasi. Bukan cari sela kesalahan lawan,” tutupnya. (PojokSatu)
Sumber: www.fajar.co.id