Apa pun Trump sudah bisa membela dirinya sendiri dari serangan kanan kiri. Ia sudah pula ancang-ancang untuk melakukan serangan balik. Mungkin bisa 100 kali lebih berat dari sebelumnya. Tanda-tandanya sudah dimulai.
Ia menganggap terkena Covid ini sebagai sekolah yang penting. "Saya bukan lagi hanya disuruh membaca buku pelajaran, tapi saya masuk ke sekolah," katanya.
Ini berarti Trump akan punya ''legalitas'' bahwa ia berhak berbicara tentang Covid-19 melebihi siapa pun. Ia adalah pelaku. Yang lain hanya komentator.
"Jangan ketakutan berlebihan," ujar Trump setelah lulus sekolah itu. "Jangan ketakutan itu mendominasi kehidupan Anda," katanya seperti dikutip secara luas oleh media di Amerika.
Pernyataan ''jangan takut'' adalah bentuk tangkisan atas serangan umum bahwa ia terlalu meremehkan Covid-19.
Pokoknya, Trump kini punya bahan untuk kampanye baru. Dan untuk debat kedua tanggal 15 Oktober nanti: bahwa Amerika yang hebat harus punya presiden yang kuat dan pemberani. Termasuk kuat ketika diserang Covid-19 dan berani melawannya. Setidaknya berani meninggalkan RS dengan status pasien sekadar untuk teater politik di depan pendukungnya.
Saya juga pernah meninggalkan RS dalam status sebagai pasien –tidak tahan ingin nonton Persebaya di stadion Tambaksari. Dan saya juga berani melek jam 1 malam untuk nonton Liverpool yang kalah kok sampai kebobolan 7 gol.
Trump memang punya adrenalin yang hebat. Tapi ia juga harus membuat semua staf di Gedung Putih untuk memiliki adrenalin yang sama. Begitu banyak staf Gedung Putih yang terkena Covid-19. Ia harus bisa mempertahankan jangan sampai ada salah satu di antara mereka itu yang meninggal dunia.
Trump harus tetap bisa mengatakan bahwa terkena Covid-19 itu baik-baik saja: lebih ringan dari terkena flu.(Dahlan Iskan)