JAKARTA – Sejumlah negara-negara kaya dilaporkan telah memborong lebih dari separuh pasokan vaksin virus Corona (COVID-19) potensial, dari jumlah pasokan vaksin yang telah disetujui sebanyak 5,3 miliar dosis.
Seperti dilansir CNN, Kamis (17/9), hal itu dilaporkan oleh organisasi anti-kemiskinan internasional, Oxfam, pada Rabu (16/9) waktu setempat.
Oxfam menyebutkan, bahwa negara-negara kaya mewakili 13 persen dari total populasi dunia diketahui telah membeli 51 persen pasokan vaksin Corona untuk persediaan di masa mendatang.
Dalam laporannya, Oxfam menggunakan data yang dikumpulkan oleh perusahaan analis Airfinity untuk menganalisis kesepakatan antara pemerintah dan pembuat vaksin yang telah dipublikasikan.
Oxfam menghitung lima organinasi, yakni AstraZeneca, Gamaleya Rusia, Moderna, Pfizer dan Sinovac China, memiliki kapasitas produksi gabungan untuk membuat 5,9 miliar dosis vaksin.
Artinya, jumlah itu cukup untuk memvaksinasi nyaris 3 juta orang, kurang dari setengah populasi dunia jika setiap orang membutuhkan dua dosis vaksin seperti yang diperkirakan.
Dalam laporannya, Oxfam juga menyebut bahwa kesepakatan pasokan vaksin telah disetujui untuk 5,3 miliar dosis. Sebanyak 2,7 miliar dosis di antaranya, atau 51 persen dari total perkiraan pasokan telah dibeli negara-negara maju seperti Inggris, AS, Australia, Jepang, Swiss, Israel, Hong Kong dan Macau, juga Uni Eropa.
Sisanya sebanyak 2,6 miliar dosis telah dibeli atau dijanjikan kepada negara-negara berkembang termasuk India, Bangladesh, China, Brasil, Indonesia dan Meksiko.
Oxfam menekankan, bahwa AstraZeneca telah menjanjikan dua pertiga dosis dari total vaksin yang diproduksinya nanti untuk disalurkan ke negara-negara berkembang.
“Akses ke vaksin penyelamat nyawa tidak seharusnya bergantung pada tempat tinggal Anda atau berapa banyak uang yang Anda miliki,” sebut Robert Silverman dari Oxfam.
“Pengembangan dan persetujuan vaksin yang aman dan efektif sangat krusial, tapi yang sama pentingnya adalah memastikan vaksin-vaksin itu tersedia dan terjangkau untuk semua orang,” imbuhnya.
Oxfam menambahkan, salah satu kandidat vaksin virus corona terkemuka, yang dikembangkan oleh Moderna, bahkan telah menerima uang sebesar USD2,5 miliar.
Oleh karena itu, Oxfam dan organisasi lain menyerukan agar “vaksin rakyat” gratis didistribusikan secara adil berdasarkan kebutuhan.
“Ini hanya akan mungkin jika perusahaan farmasi mengizinkan vaksin diproduksi seluas mungkin, dengan membagikan pengetahuan mereka secara bebas tanpa paten, daripada melindungi monopoli mereka dan menjual kepada penawar tertinggi,” ujar Silverman.
Silverman menyebutkan, perkiraan biaya penyediaan vaksin virus corona untuk semua orang di Bumi kurang dari 1% dari anggaran untuk pemulihan ekonomi global.